Welcome to My Paradise~

My home, my zone, my rules!

Blog yang berisi hal-hal berbau (?) fanfiction [terutama HaeYoung moment], pemilik tokoh stress bernama Choi Riyoung yang amat sangat mencintai seorang member Super Junior bernama Lee Donghae. Tidak mengharapkan komen apapun dari kalian setelah membaca fanfiction abal buatan saya, karena saya bukan tipikal pemaksa, jadi untuk silent readers atau apapun itu namanya, welcome to my blog! Dan saya ucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian siapapun yang sudah membac fanfiction ini dengan tulus dan ikhlas (?) .

Tapi ada satu syarat jika kalian mau mengunjungi dan berlama-lama di blog ini /geer/ yaitu, kalian bukan Pyros/YoonHae shipper/Im Yoona’s fan karena MAAF saja, untuk yang sejenis itu saya tidak merestui kalian untuk datang kemari. Jangan ditanya alasannya, karena hanya saya dan Tuhan yang tahu kenapa 🙂

Akhir kata, sekali lagi saya hanya ingin mengucapkan rasa terimakasih untuk kalian semua yang pernah dan bahkan masih sering datang kesini dan memberikan apresiasi atas karya saya yang bahkan jauh dari harapan saya sendiri 🙂 dan jika ada perkataan atau beberapa fanfiction yang tidak berkenan di hati kalian, tolong dimaafkan. Saya hanya seorang gadis biasa yang tidak pernah berhenti berimajinasi, berkarya dan berusaha untuk yang menjadi lebih baik lagi. Jika ada kritik ataupun saran, bisa langsung mengontak saya melalui twitter >> @ryyoru1026 atau @adr_olivia dan KakaoTalk >> ryyoru1026

-Doumo Arigatougozaimasu-

My First Published Novel

Hello hello I’m backkkk! *muncul dibalik asyap* maaf yah setelah lama vakum kek vakum kliner (?) malah baru nongol sekarang&semua HaeYoung story nya stuck di tengah perjalanan cinta kitah. Tapi tenang aja, semua ceritanya ada kok di draft pd numpuk tuh, tapi tunggu ya soalnya aku lg sibuk kerja hehehe.

Sekarang back to the topic! Jadi gini, aku baru ngepublish novel pertamaku, judulnya The Rejected. Cuma mau promosi ajasih hehe *author gatauk diri* cek nulisbuku.com yah sissy sissy ~ judulnya The Rejected by Adriyana Olivia 

   berikut penampakan fisiknya

We Meet Again (4/ ? )

page

Sesampainya di Dubai, kami berdua bergegas ke hotel yang sudah dipesan Appa untuk tempat kami menginap.

Donghae yang terlihat sangat lelah terus menggosok kedua matanya yang mulai memerah. “Kau tidur saja duluan tapi jangan lupa untuk mengganti baju dulu”, ucapku.

Tatapan mata sendunya kini beralih kearahku, “Kau belum mau tidur, yeobo ?”. Aku menggeleng pelan. “Memangnya tidak lelah ?”, tanyanya lagi.

“Berjam-jam tadi kan aku tidur selama di pesawat. Sekarang giliran kau yang tidur. Aku mau meregangkan otot sebentar”, sahutku sembari membuka jendela dan membiarkan angin segarnya menerpa wajahku dengan lembut.

Kupejamkan kedua mataku dan mulai menikmati hembusan angin segar di negara ini. Sudah cukup lama rasanya aku tidak bepergian sejauh ini bersama dengan Donghae. Terakhir kami hanya pergi ke Jepang dan itu pun hanya sebentar.

Kini kurasakan sepasang lengan kekar merengkuh pinggangku lembut. Dengan posisi seperti ini, aku masih bisa mencium aroma tubuhnya yang harum dan memabukkan.

“Kenapa tidak tidur ?”, tanyaku membuka mata dan mengusap lembut tangannya yang juga menggenggam tanganku.

“Karena kau belum tidur”, bisiknya. Dan kurasakan bibirnya mulai menciumi puncak kepalaku.

“Sudah kubilang kan tadi kalau aku sudah berjam-jam tidur di pesawat ?”

“Itu kan tadi, dan sekarang seharusnya kau sudah lelah lagi”

“Lee Donghae jangan bercanda. Aku benar-benar tidak mengantuk lagi”

Tidak ada jawaban atau sanggahan yang keluar dari mulut lelaki yang tengah mendekapku ini. Yang kurasakan, dia hanya terus menciumi kepalaku kemudian beralih ke pipi.

“Aku bisa membuatmu mengantuk ..”, ucapannna terdengar menggantung dan bisa dengan jelas kurasakan lagi bibirnya kini mengecupi leherku.

Aku hanya tersenyum tipis sambil mengusap kepalanya, “Kau lelah, Hae”.

“Ani … untuk hal yang ini aku tidak pernah merasa lelah”.

Kecupannya semakin menjadi dan tanpa ijin kini tangannya mulai menurunkan dress yang kukenakan dibagian bahu. Bulu kudukku semakin merinding ketika kedua belah bibirnya turun mengecupi bagian itu.

Jantungku berdegup kencang mengingat kejadian saat malam pertama kami di Seoul. Oh Tuhan, bahkan kalau boleh aku ingin meminta ingatanku dibagian itu tolong hapus saja ~

“H-Hae-ya … “, bisikku gugup dan berusaha membalikkan tubuhku menghadapnya. Setidaknya dengan begini aku bisa menghentikan aktifitasnya.

“Hmm ? “, dia menatapku dengan kedua mata sendunya yang indah, lalu mengecup kilat bibirku.

“Seharusnya kau lelah dan tidur sekarang”

“Sihreo ..”

“Arasseo … lalu apa maumu sekarang, hm ?”

Ujung bibir mungilnya tertarik keatas, senyum mesum. Ckckck …! Tanpa berkata apapun lagi, dia menggendongku secara tiba-tiba lalu meletakkanku diatas tempat tidur. Nyaliku kembali menciut saat melihatnya seperti ini. Persis seperti singa yang tidak diberi makan empat bulan … OH MY GOD ….

(bayangin aja ya mereka ngapain hehe … )

—*—

 

Entah, mungkin sejak lima atau sepuluh menit yang lalu aku masih terbaring disini. Memandangi wajah tampannya yang meski tidak memakai makeup seperti ketika syuting, tetap terlihat sangat tampan. Yah, kini mungkin ada perasaan bangga ketika menyebutnya sebagai suamiku. Suamiku, Lee Donghae …

Dia menggeliat pelan namun kedua matanya tetap terpejam ketika jemariku mulai mengusap lembut pipinya. Setelah kejadian semalam, meski bukan yang pertama kali lagi untuk kami .. aku masih merasa sangat bahagia. Lee Donghae yang tingkahnya selalu mirip dengan bocah umur lima tahun itu berubah drastis dalam satu malam. Hahaha …

Kudekatkan tubuh telanjangku kedalam pelukannya dan mengecup bibir mungil itu dengan lembut. Dia tidak boleh tahu kalau aku sangat suka melakukan ini.

Selagi asyik mengecupi bibirnya, kurasakan tangannya meraba dan meremas bokongku. Omo! Dia sudah bangun rupanya. Buru-buru kulepas pagutan bibirku. Dan terbukalah kedua mata favoritku itu.

“Ya !! Singkirkan tanganmu darisana, Lee Donghae! Dasar mesum!”, omelku sambil berusaha menjauh darinya.

Dia tersenyum lebar, “Mesum? Diam-diam mencium bibir seorang pria tampan yang sedang tidak memakai sehelai benang pun dan mengganggu tidurnya itu termasuk perbuatan mesum bukan ??”.

Aku mendengus sebal. Sial, aku ketahuan!

“Aigo, yeoboku marah … hanya bercanda sayang ~ Aku suka digoda olehmu seperti ini. Sini, sini aku peluk”, dengan enteng dia menarik tubuhku dan mendekapnya dengan erat.

Ish, orang ini menyebalkan!

“Berhenti menggodaku”, ketusku.

“Sihreo”

Aku menyerah menanggapi bocah ini dan lebih memilih diam dan membiarkannya melakukan apapun yang dia mau. Rasanya malas bertengkar disaat-saat seperti ini. Entah kenapa, tapi sepertinya rasa cintaku untuk Lee Donghae semakin hari terus meningkat.

“Hae”, panggilku tanpa menatapnya sedikitpun.

“Hmm?”, kurasakan lengannya yang kekar memeluk pinggang telanjangku.

“Lapar ..”

“Lapar akan cintaku?”

Ish, aku serius! Aku lapar, Hae. Want to eat something

“Kalau begitu, ayo kit mndi bersama setelah itu bisa pergi sarapan”

Mwo? Mandi bersama? Sihreo, aku mau mandi sendiri saja!”
“Eyyy yeobo, kita kan sudah menjadi suami istri jadi harus mandi bersama-sama..”

Sihreo !! Kau mandi saja sana sendiri, aku mau mandi duluan”

Yeobo ….”

“LEE DONGHAE, LEPASKAN KAKIMU DARI PINGGANGKU !!!”

__**__

Tak terasa, kami sudah berada selama lima hari disini dan itu artinya kami sudah harus pula meninggalkan negara yang sangat indah ini. Ada perasaan sedikit tidak rela, tapi ya mau bagaimana lagi? Donghae dan aku masih dikejar-kejar jadwal pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

“Sudah selesai semuanya? Tidak ada yang tertinggal?”, tanya Donghae padaku sambil membawa tasku yang berwarna biru muda. Aku hanya menggeleng pelan sambil duduk disebelahnya. Sebentar lagi kami akan segera take off menuju Seoul, dan itu artinya begitu sampai di bandara Incheon, kami sudah harus berpisah sementara agar tidak ada yang mencurigai kedatangan kami berdua.

Sepanjang perjalanan kali ini aku yang tertidur, Entah kenapa selama di Dubai aku merasa kurang cukup tidur dan aku berjanji ketika sampai di rumah nanti aku akan melanjutkan tidurku selama dua hari penuh!

Kurasakan tangan dingin Donghae menyentuh pipiku pelan, bermaksud membangunkanku dan memberi tanda bahwa sebentar lagi pesawat akan landing. Aku pun membuka mata dan Donghae membantuku bersiap. Beberapa menit kemudian kami sampai di bandara Incheon dan disana sudah ada Riyeon dan Rinho yang sedang menunggu kami.

Donghae membiarkanku keluar duluan dan selangg sekitar dua puluh menit dia menghampiri Rinho yang langsung memeluknya dengan senang.

“Bagaimana bulan madumu, unnie? Menyenangkan? Everything is okay?”, tanya Riyeon jahil sesampainya kami di mobil. Aku hanya mengerutkan kedua alis dan melempar pandangan keluar jendela, bermaksud mencari mobil yang ditumpangi suami dan adik lelakiku.

“Aku harap kalian bisa dengan cepat memberikanku keponakan yang lucu … Kau tahu? Aku mulai iri dengan teman sekelasnya yang selalu bercerita tentang keponakan kembarnya .. Ah, kalian kalau punya anak harus kembar juga ya seperti aku dan Rinho. Kalau perlu kembar empat …”. Aku buru-buru menyumpal telingaku dengan earphone daripada harus mendengarkan ocehan menyebalkan dari Riyeon soal keinginannya untuk memiliki keponakan dariku dan Donghae. Ugh!

__**__

Pagi ini aku benar-benar tidak ingin makan apapun, rasanya semua makanan dimataku terlihat sangat tidak berselera, jadi sebelum berangkat ke studio aku hanya meminum teh lemon hangat buatan Donghae.

“Kau yakin nanti siang tidak ingin kujemput dan makan bersama?”, tanya Donghae sesaat sebelum aku keluar dari apartment kami. Aku hanya mengangguk sembari mengikat tali sepatuku, “Aku akan sangat sibuk rekaman hari ini. Dan kau bukannya juga begitu kan? Minggu depan adalah saatnya kau dan Hyukjae oppa untuk debut di Jepang”.

“Tapi aku bisa meluangkan waktuku untuk makan siang bersamamu, yeobo. Lagipula kau terlihat kurang sehat hari ini”

Trust me, Hae. Aku baik-baik saja. Jika nanti siang masih belum ada perubahan aku berjanji akan segera ke dokter dan minum banyak vitamin”, ucapku meyakinkan sambil mengecup kilat bibirnya. Lengannya yang kekar memelukku erat seolah tidak ingin melepasku pergi, “Aku akan sangat merindukanmu”. Aku tersenyum kecil saat mendengar ucapannya. Ah, ayolah … kami sudah menjadi suami istri selama satu minggu tapi kenapa dia masih bertingkah seperti ini. Seolah aku akan pergi lagi meninggalkanya seperti dulu.

“Jangan terlambat makan, suamiku sayang. Malam ini sepertinya aku akan menginap di studio. Jangan terlalu sering menelponku. Aku pergi dulu. Lee Donghae saranghae !!”, tanganku membentuk hati diatas kepala sambil mencium lagi bibir tipisnya. “Aku mencintaimu yeobo. Hati-hati menyetirnya”, sahutnya dengan senyum manis.

My favorite smile!

Apartment baru kami tidak terlalu jauh dari gedung YG sehingga tidak perlu waktu lama untuk sampai kesana. Jadi aku tidak merasa ketakutan terlambat di rekaman pertama untuk album comeback SEASONS hari ini.

Oh ya, hari ini adalah hari pertamaku menginjakkan kaki lagi di gedung YG setelah hari pernikahanku beberapa hari lalu. Rasanya sangat senang bisa kembali kesini, ternyata pernikahanku dengan Donghae tidak menghancurkan karirku bersama SEASONS.

Kutebarkan senyum terbaikku sembari membungkuk hormat kepada siapapun yang kutemui pagi ini. Dan rata-rata dari mereka memberikanku ucapan selamat atas pernikahanku dengan Donghae. Pernikahan itu tidak terlalu buruk, Choi Riyoung. HAHAHA!

“C.R.Y …  wassup !!!”, Seunghyunnie langsung berlari menghampiriku dari kejauhan disusul Youngbae oppa yang berjalan santai dibelakangnya. Mereka berdua tersenyum kearahku, tapi senyum Youngbae oppa kali ini terlihat berbeda sejak kulihat dia datang ke pernikahanku saat itu.

Annyeong haseyo, sunbaenim !!”, aku memberi salam hormat kepada mereka berdua bukannya malah membungkuk. Seunghyunnie pun memelukku erat. Astaga, kenapa wangi parfum anak ini selalu berubah-ubah setiap kali aku bertemu dengannya? Tapi apapun merk parfumnya, kali ini aku benar-benar tidak suka. Membuatku mual.

“Bagaimana bulan madumu?”, tanya maknae Big Bang itu antusias. “Sudah siap memberiku keponakan ???”. Entah kenapa, kedua mataku malah langsung menatap kearah Youngbae oppa yang sedang menatapku sayu sambil berusaha tersenyum.

“Semuanya lancar. Dan bisakah kau menjadi orang kesekian kali yang bertanya soal keponakan padaku?”, ocehku sebal.

Kudengar Seunghyunnie tertawa keras dan kini tatapanku kembali mengarah ke Youngbae oppa yang entah kenapa hari ini terlihat sangat diam.

Oppa, bagaimana kabarmu?”, tanyaku berusaha mencairkan suasana.

“Aku sangat baik-baik saja. Kau sedang sakit ya?”, tanyanya balik.

Aku menggeleng pelan. Memang sih, sejak mual tadi pagi aku merasa seperti tidak enak badan. Apalagi setelah Seunghyunnie memelukku dan tidak sengaja mencium aroma parfumnya.

“Kau pucat. Belum sarapan? Pukul sembilan nanti ada rekaman? Bagaimana kalau kita ke kantin dulu dan kau harus makan”, usulnya dan langsung disambut cengiran jahil dari Seunghyunnie.

Aigo, hyung ….”, celotehnya sambil bertolak pinggang.

Mwo? Aku hanya mengajak Riyoung sarapan sebentar? Bagaimana dia bisa punya tenaga nanti untuk rekaman seharian penuh kalau dia belum makan sama sekali?”

Aku hanya tertawa kecil mendengar ocehan mereka berdua. Aku cukup tahu apa maksudnya dan sebaiknya aku harus segera naik ke studio sekarang.

Sesampainya di studio rekaman, member SEASONS yang sudah datang dan Teddy oppa memelukku erat dan mengucapkan selama serta harapan-harapan mereka yang rata-rata meminta seorang anak dariku dan Donghae. Aish! Aku akan menunda kehamilanku!

Unnie, untuk menyambut kedatanganmu hari ini, aku membuatkanmu sesuatu. Semoga kau suka ~”, Yuki menghampiriku sambil membuka tuperware yang berisi lasagna buatannya. Namu tiba-tiba ketika mencium aromanya aku ingin sekali muntah.

“Kau kenapa?”, tanya Kimmy unnie yang sepertinya melihat perubahan air mukaku.

Aku menggeleng cepat dan menggigit keras bibir bawahku, “Hanya sedikit tersedak. Yuki-ya, gomawo .. tapi aku akan memakannya nanti saat jam makan siang karena saat ini aku sedang diet”.

Maafkan aku, Yuki-ya … aku sendiri tidak tahu kenapa seperti ini. Sepertinya benar yang dikatakan Donghae kalau hari ini aku kurang sehat.

“Lima belas menit lagi sajangnim akan kesini melihat proses rekaman kalian. Jadi klian semua harus bersiap untuk take vocal dulu”, ujar Jenny unnie. Aku pun mengangguk dan bersiap-siap sambil berusaha menghindari tatapan aneh Kimmy unnie.

Sambil membaca-baca lirik lagu yang berada ditanganku dan menunggu giliran untuk take vocal tiba-tiba saja manajer oppa masuk kedalam studio sambil membawa banyak bungkusan besar berwarna putih yang sepertinya makanan.

“Dari penggemar kalian”, ucapnya ketika banyak tatapan penuh tanda tanya mengarah padanya. “Kuletakkan disini ya”. Setelah meletakkan bungkusan besar tadi dia kembali keluar ruangan.

“Yang tidak sedang take vocal bisa makan kalau kalian mau”, ujar Teddy oppa. Kimmy unnie langsung mengambil dua bungkusan besar itu dan mengeluarkan isinya yang berupa kimbab, jajjangmyun dan banyak makanan Korea lainnya. Sejujurnya, aku lapar tapi entah kenapa aku sedang tidak ingin makan-makanan ini. Perutku masih terasa mual.

“Riyoung-ya, cepat makan. Sejak awal kau datang tadi, wajahmu terlihat pucat”, ucap Mika jiejie sambil menyodorkan semangkuk jajjangmyun kearahku. Aku hanya melirik kearahnya dan menggeleng, “Nanti saja”.

“Jangan banyak alasan, nanti kau malah sakit. Cepat makan ini”, Kimmy unnie tiba-tiba saja menyodorkan sepotong kimbab tepat kearah mulutku dan secara otomatis aromanya tercium. Entahlah, rasanya … sangat mual!

Dengan spontan, langsung kudorong tangannya menjauh hingga potongan kimbab itu terjatuh. Dan karena sudah terlalu mual, aku langsung berlari menuju toilet yang ada di dalam studio dan muntah disana. Jinjja … kenapa bau kimbab bisa semenjijikkan ini.

“Riyoung-ya!”, kudengar suara memberku yang lain menghampiriku. Lagi, aku muntah karena tiba-tiba saja mencium aroma parfum salah satu dari mereka. Ya Tuhan …

Gwenchana?”, tanya Mika jie. Aku mengangguk lemas. Yang kulihat saat ini wajahku benar-benar pucat.

“Riyoung sakit?”, tanya Tablo oppa yang entah sejak kapan duduk disebelah Teddy oppa dengan secarik kertas ditangannya.

Aku menggeleng dan menyesap jus kotak rasa jeruk yang kebetulan dibawakan oleh Jenny unnie. Rasanya sudah lebih baik.

“Kau yakin bisa menyelesaikan rekaman hari ini? Maksudku, kalau kau merasa kurang sehat kau bisa pulang duluan. Biar kau bisa melanjutkannya besok”, saran Teddy oppa tapi langsung kujawab dengan gelengan kepala.

“Aku baik-baik saja”.

Are you sure?”, tanya Tablo oppa dengan tatapan khawatir.

Aku mengangguk mantap. Dan rekaman hari ini pun kembali dilanjutkan dengan keadaanku yang sangat lemas.

Sekitar pukul satu tengah malam, sajangnim yang kebetulan kembali datang untuk mengontrol proses rekaman kami menyuruhku untuk pulang lebih dulu daripada harus menginap karena merasa tidak tega melihatku yang masih pucat. Akhirnya aku pun menyerah dan kembali ke dorm.

__**__

“Kenapa tidak memberitahuku kalau semalam ternyata kau sakit dan pulang ke dorm?”

“Aku memberitahumu sebelum pergi kan kalau aku akan kembali ke dorm nantinya”

“Iya, tapi kau tidak bilang kalau kau sakit dan tidak jadi menginap di studio. Kenapa tidak kembali saja ke apartment?”

“Disana tidak ada orang, Hae”
“Aku bisa pulang menjagamu, yeobo

Kuhela nafas panjang ketika pagi ini mulai menghadapi ocehan menyebalkannya ditelepon. Ya, semalam aku mengiriminya pesan Kakao Talk dan memberitahu kalau aku sakit. Dan begitu bangun, notifikasi diponselku menunjukkan kalau dia mencoba menghubungiku sebanyak 41 kali.

“Sudahlah, Hae. Aku sedang tidak ingin berdebat hanya karena masalah sepele ini. Lagipula aku sudah baik-baik saja”, ucapku menenangkannya.

“Kalau kau sudah baik-baik saja pasti kau mau menjawab video callku”

“Lee Donghae keumanhae … jangan merusak moodku pagi ini”

Kali ini dia yang menghela nafas, “Aku hanya khawatir denganmu. Aku merasa tidak bisa menjagamu dengan baik disaat kau sakit. Aku ingin mengantarmu ke dokter sore ini selesai syuting, bagaimana?”.

“Saat ini aku sudah baik-baik saja. Tapi aku janji, nanti kalau aku merasa kurang enak badan lagi, aku akan langsung menghubungimu dan emintamu untuk mengantarku ke dokter. Arachi?”

“Hmm ..”

“Lee Donghae, come on.. Kau itu seorang kepala keluarga, jangan lagi bersikap seperti anak kecil”

Ne, eomma. Arasseo …”

“Kalau begitu, aku mau mandi dan bersiap kembali ke studio. Dan kau jangan lupa untuk sarapan”

Ne …. Where is my morning kiss?”

“Mwaaach!”

“Mwaaaachhh !! Aku mencintaimu yeobo!

Nado!”

Tepat setelah menutup telepon dari Donghae, tiba-tiba saja rasa mual itu muncul lagi. Aku pun berlari menuju ke kamar mandi. Ugh!

“Young-ah, kau yakin bisa meneruskan rekaman hari ini?”, tanya Teddy oppa.

Aku bersandar lemas di sofa dan mengangguk sebelum akhirnya kedua mataku beradu dengan tatapan Youngbae oppa yang juga kebetulan ada disini untuk melihat proses rekaman kami.

“ Kau terlihat benar-benar sedang sakit. Sebelum semuanya semakin parah, sebaiknya kau ke rumah sakit dan kembali beristirahat”, ucap produser kebanggaan YG entertainment itu. Aku menggeleng. Aku benar-benar tidak ingin mengacaukan rekaman hari ini lagi. Kalau aku terus-terusan seperti ini bagaimana album baru kami akan selesai? Dan lagi, waktu comeback SEASONS akan kembali diundur. Aku benar-benar tidak ingin menyusahkan teman-temanku yang lain. Lagipula, aku sangat membenci keadaanku yang lemah seperti ini!

“Sudah kukatakan kalau aku ba- …”, ucapanku terputus karena ada rasa mual yang kembali mengganggu tenggorokanku dan Kimmy unnie dengan sigap membawakan kantung berukuran sedang kearahku.

“Sebaiknya kau pulang, Riyoung-ah. Jinjja, gejalamu seperti wanita yang sedang hamil”, celetuk Kush oppa dan langsung membuatku tersedak ludahku sendiri.

Hyung, jangan sembarangan bicara. Tidak mungkin Riyoung hamil. Mungkin dia hanya terlalu capek dan dia akhir-akhir ini sering telat makan. Mungkin itu sebabnya. Aku akan bicara pada Hwangssabunim agar tidak usah menyuruhmu diet. Ayo, sekarang kau kuantar pulang”, Youngbae oppa langsung memakai jaketnya dan mengambil kunci mobil yang tergeletak diatas meja.

“Aku kan hanya bercanda, Youngbae-ya .. Riyoung-ah, Youngbae benar sebaiknya kau pulang. Soal hari ini aku yang akan mengaturnya”, ucap Teddy oppa.

Karena para member yang lain juga mengkhawatirkan keadaanku dan memintaku untuk pualng dan beristirahat duluan, akhirnya aku kembali menyerah dan ikut pulang bersama Youngbae oppa.

Selama diperjalanan kami lebih banyak diam satu salah lain. Aku lebih suka melempar pandanganku keluar jendela. Entahlah, ucapan Teddy oppa tadi membuatku … khawatir, mungkin? Apa iya aku hamil?

“Ucapan Teddy hyung tadi jangan diambil pusing. Dia hanya bercanda. Gejala yang kau alami seperti ini memang mirip dengan gejala wanita hamil, tapi kan belum tentu kau hamil kan? Beberapa hari lalu, Seunghyunnie juga mengalami hal yang sama. Dan tidak mungkin kan kalau dia hamil”, Youngbae oppa terlihat berusaha mencairkan suasana yang agak awkward ini. Ucapannya hanya kubalas dengan senyuman tipis. Perasaanku benar-benar gelisah. Bagaimana kalau ternyata dugaan Teddy oppa benar?

Begitu sampai di apartment, kebetulan Donghae belum sampai, jadi kesempatan ini kugunakan untuk mengecek sendiri keadaanku. Kulihat kalender bulan ini dan ternyata … aku sudah telat datang bulan selama hampir tiga minggu. Untuk membuktikannya, aku mengambil testpack dan membawanya ke kamar mandi.

Kau tahu? Jantungku berdebar kencang begitu melihat tanda positif di alat kecil pengecek kehamilan itu. Ya, I’m pregnant and this is shit!

Kedua kakiku tidak mampu lagi menopang berat tubuhku. Rasa lemas seketika menjalar. Aku hamil, dan awal bulan depan SEASONS akan ada jadwal fanmeeting Amerika, setelah itu beberapa bulan kedepan kami akan disibukkan dengan persiapan comeback.

Lee Donghae … keputusan untuk menikah denganmu benar-benar yang terburuk.

-to be continued-

kritik dan saran :

-twitter&ask fm  @adryolivia

 

‘We Meet Again’ part 3 [18+]

 page
Kurasakan sakit perutdan mual luar biasa ketika dalam perjalanan menuju gereja dimana pemberkatan pernikahanku dengan Donghae akan dilaksanakan pagi ini. Duh, jika sedang gugup aku selalu saja merasa seperti orang gila.
Ya jelas aku gugup, sejak semalam berbagai prasangka buruk muncul dikepalaku.
Bagaimana kalau tiba2 ada wartawan yang datang?
Atau bagaimana kalau ada penggemar yang tahu?
Atau ada banyak kan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi nanti??’
“Jangan khawatir, semuanya akan berjalan dengan lancar”, ucap Appa sembari tersenyum dan menggenggam tanganku. Tampaknya wajahku saat ini menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa ya?
 Tak lama, akhirnya kami sampai di gereja. Dan sialnya dengan jantungku berdebar semakin kencang, ah .. serasa mau dihkum mati! Kubiarkan Appa meletakkan tanganku di lengannya dan berjalan (berusaha) tenang menuju altar. Sedangkan di depan altar sana, berdirilah Donghae yang . .. wow terlihat sangat tampan -lebih dari biasanya dan bahkan terlihat berbeda- mengenakan jas berwarna putih dan berusaha tersenyum. Hahaha! Aku tahu kau sama gugupnya denganku Hae!
 Iringan piano yang dimainkan Ryeowook oppa mengalun indah mengiringi langkahku dan Appa hingga akhirnya sampai dihadapan pria tampan yang kucintai ini. Jinjja, bahkan dari dekat dia terlihat sangat tampan. Lee Donghae daebak!
Dengan kedua mata yang berkaca-kaca, Appa menyerahkan genggaman tanganku pada Donghae. Ah, Appa …
“Jaga putri kecilku, kini aku menyerahkannya padamu”, bisiknya dan itu semakin membuatku ingin meneteskan airmata. Inikah saat-saat yang paling menyedihkan sekaligus membahagiakan itu? Tapi ini terlalu menyedihkan untukku …
Dengan pandangan yang kabur akibat genangan airmata, bisa kulihat Donghae mengangguk mantap kemudian menatap balik kearahku. Berjanjilah untuk tidak menangis, Hae.
Kini kami berdiri didepan altar, dihadapan Tuhan dan siap untuk mengucap janji setia sehidup semati. Tuhan, Abeonim … terimakasih sudah memberikanku pria baik bernama Lee Donghae yang kini akan menjadi pendamping hidupku.
  Seusai upacara pernikahan, kerabat dan keluarga besar kami langsung berbondong-bondong mengucapkan selamat. Banyak yang berharap supaya kami bertahan dan saling mencintai hingga maut memisahkan. Tak sedikit juga yang mendoakan supaya kami mendapat anak yang banyak. What ??! Anak yang banyak? Itu sih kata-kata kesukaan Donghae!
 Dan karena upacara pernikahan ini tertutup untuk umum, yang datang juga hanya teman dekat.
 Selesai berfoto-foto, kami bergegas pulang untuk mengganti baju dan bersiap untuk resepsi yang akan diselenggarakan sore nanti. Ah, aku tidak sabar memakai gaun yang indah itu!
Di dalam mobil, kurasakan Donghae terus menggenggam tanganku. Bahkan terkadang dia menciuminya. Pasti saat ini dia sangat bahagia dan percaya atau tidak, aku juga merasa bahagia dengan rencana pernikahan dadakan ini, meskipun ada terselip rasa takut jika suatu saat nanti publik mengetahui tentang semua ini.
“Jangan lupa nanti sore datang ya”, ucapku sebelum menutup kaca mobil dan melambaikan tangan pada sebagian anggota keluarga kami yang masih belum pulang.
“Yeobo, kau tahu? Hari ini kau terlihat berbeda”, bisik pria disebelahku ini dan langsung mengecup lembut pipiku. Wew, dia frontal sekali sih!
“Berbeda?”, tanyaku bingung.
“Ne. Kau terlihat berbeda. Lebih cantik dari biasanya”
BLUSH!
Kurasakan kedua pipiku memanas ketika mendengar ucapan Donghae. Terdengar norak pada umumnya sih memang, tapi entah kenapa kali ini aku senang mendengarnya.
“Wae, yeobo?”, kini kulihat dia memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung yang sangat …. cute ?! Hah ..
Aku hanya menggeleng pelan, “Kau juga terlihat tampan”. Berhenti membuatku salah tingkah, Lee Donghae!
“Hanya tampan?”
“Hm ..”
“Hanya?”
“Ya memangnya mau apalagi?”
“Hanya ?? Kau bilang aku HANYA tampan?”
“Yang bilang ‘hanya’ kan kau sendiri. Aku bilang ‘kau tampan’ “
“Tapi hanya bilang kalau aku tampan kan?”
“Ish, Hae! Kau membuatku pusing”
“Ish yeobo ~ Tidak bisakah kau membuatku senang sedikit? Aku ini suamimu”
“Ya siapa bilang kau supirku?”
“Yeobo ~ !”
“Bisa tidak sih Hae kau tidak teriak-teriak?”
“Ayo bilang kalau aku juga terlihat berbeda dan lebih tampan dari biasanya”
Aku menatap mata sendunya -bingung- kemudian dia memainkan jari-jariku. Mirip seperti anak kecil yang merajuk karena tidak dibelikan mainan oleh ibunya.
“Ayo yeobo .. cepat katakan”, rengeknya.
“Sihreo”
“Aishhh yeoboooo~”
“Ya! Lee Donghae, kau tidak malu dengan ahjussi yang menyetir mobil, huh? Kau itu sudah tua, berhenti merengek seperti itu”
“Aku tidak mau tahu. Cepat katakan dulu~”
Jengah mendengar rengekannya yang membuat telingaku sakit, kuputuskan untuk membisikkan sesuatu ke telinganya.
“Lee Donghae hari ini terlihat sangaaaaat tampan. Sangaaaaat seksi dari biasanya dan itu membuatku semakin mencintaimu. Yeobo~”, bisikku pelan sambil menggigit keras telinganya.
“AUWWW!”, pekiknya.
Rasakan pembalasanku!
Sesampainya di gedung tempat mereka melaksanakan resepsi, kami langsung mengganti pakaian. Kebetulan jam sudah menunjukkan pukul empat sore dan itu tandanya setengah jam lagi resepsi akan dimulai.
 Kupandangi diriku yang suah lengkap di makeup dan memakai gaun pengantin cantik didepan cermin.
Aku kini sudah menikah?
Aku menyandang nama Mrs. Lee?
Aku istri dari pria yang hampir selama tiga tahun kucintai?
Lalu setelah ini bagaimana kehidupanku selanjutnya?
Berbagai pikiran terus berkecamuk menggangguku, dan tiba-tiba bisa kurasakan sepasang tangan memeluk tubuhku dari belakang. Aku tahu, itu pasti Donghae.
“Maafkan aku yang memaksamu untuk menikah secepat ini.. kalau kau mau, setelah menikah kita bisa tidak tinggal serumah. Kau bisa tetap tinggal di dorm bersama member lain begitupun aku”, kini dia memandangku dari pantulan cermin dan meletakkan dagunya diatas bahuku.
Kuhela nafas dlam-dalam dan menggenggam tangannya, “Jangan lakukan itu, Hae. Jangan meminta maaf, tidak ada kesalahan yang kau perbuat. Aku mencintaimu. Aku mau menikah denganmu, kapanpun itu. Aku mau hidup bersamamu”.
Mendengar itu, Donghae tersenyum lebar dan membalikkan tubuhku menghadapnya. Lee Donghaeeee … tidak tahukah kau kalau hari ini ketampanan dan aura seksimu meningkat seribu persen !!
“Aigo, istriku akhirnya berbicara normal”, ucapannya membuatku tersenyum dan memukul lengannya, “Ya! Memangnya selama ini aku tidak normal?”. Sedangkan dia hanya terkekeh dan memelukku -semakin erat-
  Resepsi pernikahan pun dimulai. Kali ini lumayan banyak kerabat yang datang dan mengucapkan doa serta harapan untuk kami. Tak terkecuali Youngbae oppa. Pria yang pernah mengaku cinta padaku itu turut datang dan memberikan selamat atas pernikahan kami. Bahkan sesuai  janjinya, Youngbae oppa menyanyikan sebuah lagu yang diciptakannya sendiri.
Youngbae oppa … gomawo …
“Kukira tadinya dia akan menyanyikan lagu ‘Wedding Dress’ “, bisik Donghae. “Dia sudah berjanji padaku untuk membiarkanmu memilikiku seutuhnya, jadi tidak mungkin dia menyanyikan lagu itu di pernikahan kita, Hae”.
Beberapa tamu lainnya tak lupa juga menyanyikan lagu seperti Youngbae oppa. Bahkan Kyuchi sengaja berduet dengan Henry gege dan sejauh ini penampilan merekalah yang menjadi favoritku.
Karena terlalu asyik melihat penampilan dari beberapa teman perusahaan kami yang datang sampai-sampai aku tidak menyadari kalau Donghae menghilang sejak tadi. Aduh bocah itu kemana sih!
Terpaksa aku pun harus beranjak dari tempat dudukku dan mencari Donghae kesana kemari. “Unnie, oppa kemana?”, tanya Riyeon padaku. “Ya! Aku baru saja mau menanyakannya padamu. Kau lihat bocah itu tidak?”, tanyaku balik. Dan adik perempuanku itu hanya menggeleng bingung.
Selagi pusing mencari suamiku yang hilang seperti anak kecil itu tiba-tiba lampu diruangan ini mati. Ya!! Mereka tidak tahu apa disini ada resepsi pernikahan!
Tiba-tiba dari arah panggung kecil yang ada didepanku, terdengar suara dentingan piano yang sangat kukenal. Dan lampu sorot tertuju pada seorang pria yang memakai jas hitam dan duduk sambil memainkan piano.
Aku hanya mampu mematung tanpa suara ketika melihat suamiku mulai menyanyikan lagu ciptaannya yang menjadi original soundtrack drama yang dibintanginya sendiri dan kebetulan, inilah lagu kesukaanku.
I’m Gonna Love You Just Like Now
Tepuk tangan antusias mulai terdengar ketika Donghae mulai menyanyikan bait pertama dari lagu itu. Dan ketika sampai reffrain, aku tidak sanggup menahan airmataku. Seseorang menyodorkan sekotak tissue padaku dan karena penerangan yang minim aku tidak bisa melihat jelas siapa itu.
I’m gonna love you eonjena jigeum cheoreom …..
Ketika dia menyelesaikan bait terakhirnya, aku langsung berjalan menghampirinya dan memeluk pria bodoh ini sambil terus menangis. Masa bodo dengan keadaan wajahku, karena saat ini aku sungguh bahagia.
 Acara resepsi pun berakhir, aku dan Donghae pun bergegas pulang kerumah sebentar untuk mengambil barang-barang kemudian bermalam di hotel karena besok pagi harus segera berangkat ke tujuan bulan madu kami, Dubai.
Hahahah! Entah kenapa setiap mendengar kata ‘Dubai’ aku selalu tertawa. Ini adalah ide Donghae dan bukan ideku, tapi menurutku berbulan madu kesana bukanlah ide yang buruk bukan?
  Sesampainya di hotel, kulihat Donghae langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur tanpa mengganti baju bahkan masih dalam keadaan memakai sepatu. Ugh pria ini!
“Lee Donghae, jangan langsung tidur!”, omelku.
“Wae? Kenapa aku tidak boleh tidur? Kau ingin melakukan ‘itu’ malam ini ya?”, Donghae yang masih memejamkan kedua matanya kini tersenyum mesum. Ish apa-apaan sih dia? Sikapnya yang sekarang sangat kontras dengan yang tadi. Ckckck~
“Melakukan apa? Dasar mesum! Kalau mau tidur, ganti dulu pakaianmu”
“Ehehehehe yeobo, apa itu kode darimu supaya aku membuka pakaian sekarang?”
“Ya!!”
Dan sebuah remote tv pun terpaksa melayang nyaris mengenai dahi indah dan seksi seorang Lee Donghae, member Super Junior yang katanya paling tampan kedua setelah Choi Siwon.
    Setelah selesai mandi, aku langsung mengenakan pakaian tidur dan bergegas naik ke ranjang. Ah, aku lelaaaah~
“Yeobo, kau mau tidur?”, tanya Donghae yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Tolong ya perhatikan. HANYA MENGGUNAKAN HANDUK! Ish Lee Donghae!
Aku hanya mengangguk pelan dan memeluk sebuah bantal empuk lalu menutup mata. Tapi untuk sekarang, Donghae kalah seksi dengan bantal ini. Kurasakan dia menghampiriku dan tangannya yang dingin itu mengelus pipiku pelan.
“Yeobo~ jangan tidur dulu.. aku bagaimana? Ah, kau tega…”, rengeknya.
Kubuka mataku setengah, “Tanganmu dingin, babooo! Mataku berat, Hae. Memangnya kau tidak lelah?”.
Dia menggeleng sambil tersenyum menggelikan, “Tenagaku masih full seratus persen”. Astaga, dia ini manusia atau bukan? “Itu kan tenagamu, lain dengan tenagaku”, keluhku.
“Lalu aku bagaimana kalau kau tidur?”
“Kenapa harus bertanya? Kalau aku tidur kau juga harus tidur, penerbangan besok jam 8 pagi, kau tidak lupa kan”
“Tapi aku belum mengantuk…”
Sebelum emosiku terpancing, lebih baik aku memilih kembali memejamkan mata dan berniat tidur lagi.
Dan sepertinya Donghae menyerah karena saat ini suaranya tidak terdengar, dan diganti dengan suara tv. Yah, lakukan sesukamu, Hae. Aku hanya mau istirahat.
Aku yang sepenuhnya belum tidur, masih bisa merasakan kalau tv yang semual dinyalan kini dimatikan dan pria disebelahku ini terus tidak bisa diam seolah merubah posisinya bahkan bisa terdengar dia menggumam sebal. Aigo, tidak bisakah dia diam -__-
  Karena tingkahnya yang aneh itu, kuputuskan untuk membuka kedua mataku lagi dan membalikkan badan kearahnya. Dia terlihat sedang mengutak-atik ponselnya sambil mengacak rambutnya -terlihat kesal-
Kuusap lengannya yang kekar. “Mianhae”, gumamku.
Donghae hanya melirik kearahku sebentar lalu memfokuskan lagi pandangannya ke layar ponsel.
Hah? Dia marah?
“Aigo aigo aigo ~ suamiku yang tampan dan seksi ini marah … aigoooo lihat bibirnya, uhhh jeleknya”, kudekati dia dan kupeluk pinggangnya. Hae, kau kalau marah jelek sekali sih~ hahaha!
Masih tidak ada respon dari pria Mokpo itu.
“Tidak mau tidur disebelahku? Mau terus duduk begitu sampai pagi, hm?”
Hening.
“Ayolah sayang, kau jelek kalau marah begitu. Sini, berbaringlah disebelahku”
Donghae yang meski masih cemberut pun langsung berbaring -tapi tetap masih sibuk dengan ponselnya-
Astaga, kalau saja kesabaranku sudah habis pasti sudah kujambak rambutnya.
“Ponselmu lebih menarik daripada aku ya?”, protesku. Kini kupeluk badannya dari samping dan meletakkan dagunya dibahu. Hmm .. aku selalu suka aroma tubuhnya sehabis mandi.
“Hmm”, hanya itu suara yang keluar dari mulut ikan jelek ini.
“Sayang, jangan marah. Aigo, kau jelek sekali sih. Ya sudah aku tidak langsung tidur. Aku akan menemanimu”
Mendengar itu, kedua mata sendu milik Donghae beralih menatapku.
“Hanya menemani saja?”, akhirnya …. pria Mokpo ini mau bicara.
“Memangnya mau apa lagi?”
“Ya Tuhan, yeobo … Kau memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu? Kita sekarang sudah resmi menjadi suami istri”
“Hm, and then?”
“Ini malam pertama kita”
Ohh ….
Sebenarnya aku ingin tertawa, tapi … ini bukan lelucon yang bisa ditertawakan. Ini sedikit … mengerikan, mungkin?
“Kau mengerti kan, yeobo? Bisa kita melakukannya sekarang?”, Donghae benar-benar ter;ihat semangat. Ah jelas saja, dia selalu suka bagian ini.
Aku terdiam dan eung …. merasa sedikit merasa bersalah. Maafkan aku, Hae ..
“Bisakah kita melakukannya nanti?”, tanyaku.
Donghae meletakkan ponselnya di meja lalu memelukku lembut, “Kau belum siap?”.
“Bukan itu… aku sangat lelah hari ini dan takut tidak bisa melayanimu dengan baik. Bisakah kita melakukannya besok?”
Dia tersenyum tipis kemudian mengecup lembut dahiku, “Aku mengerti sayang. Kau benar-benar terlihat lelah. Sebaiknya kita beristirahat. Maafkan aku yang egois dan masih childish ya, yeobo”.
“Gwenchana. Kalau masih belum mengantuk, aku mau menemanimu dulu”
“Tidak usah yeobo. Aku tidak mau menyusahkan. Memelukmu seperti ini saja sudah bisa membuatku tertidur”
Syukurlah dia mengerti.
Kupeluk erat tubuhnya, Ahh jinjja … begini rasanya lebih hangat.
“Kumatikan lampunya ya”, ucapnya.
Aku hanya menggumam dan menciumu dada bidang suamiku yang terbungkus piayama ini.
“Yeobo hentikan, nanti aku bisa turn on“, protesnya. Mendengar itu membuatku tertawa geli.
“Hae”
“Ne?”
“Boleh aku minta sesuatu?”
“Minta apa sayang”
Ppopo~”
“Apa? Aku tidak bisa mendengarnya”, goda pria ini. Ish dasar!
Kumanyunkan bibirku -mencoba aegyo- “Ppopo ~”. Omo, aku tidak menyangka bisa seperti ini di depan Lee Donghae!
Bukannya mencium bibirku, ikan asin ini malah tertawa geli. Errr ….
“Ya!! Waeyooo”, protesku.
“Ani. Hahaha aigo yeobo~”
“Aaah wae?? Aku minta cium bukan ditertawai seperti ini”
Kucubit perutnya gemas sehingga membuat pria ini kembali memelukku dan kini malah … kenapa dia ada diatasku?
“Tadi kau minta apa, hm?”, tanyanya serius.
Ppopo~ hanya ppopo
“Ara….”
Tanpa aba-aba lagi, dia langsung mendekatkan bibirnya dan mencium bibirku. Dihisap dan digigitnya juga. Lidahnya mulai berulah dan membuatku ingin terus mengecupi bibir tipisnya.
 Dan kini kurasakan ciumannya mulai turun ke leher dan seolah berniat menggodaku. Hae .. ah sial!
“H-hae…”, panggilku dengan nafas terengah.
“Hmmh?”,  kini kurasakan dia masih asyik menghisapi kulit leherku dan malah sekarang tangannya mulai meremas pelan payudaraku. Lee Donghae … ahh jeongmal …
Aku hanya mampu memejamkan mata dan mendesah saat dia mulai menyentuh titik rangsangku. Aku ingin sekali menghentikan aksi liarnya tapi .. ah ….. tubuhku seolah menolak hal itu.
“Ahh..”, desahku lagi ketika dirasakan lidah pria ikan ini asyik menggoda organ kewanitaanku. Dengan lembut dan nakal, lidah basah itu digerakannya secara intens disana. Ahh Lee Donghae … terkutuk lidahmu itu Hae …
“Yeobo.. bolehkah …?”, tanyanya dan langsung kujawab anggukan tanpa pikir panjang lagi. Berpikir? Bisakah otakmu berpikir dalam keadaan seperti ini?
 Meski penerangan yang minim tapi sekarang aku bisa melihat Donghae melucuti semua pakaiannya. Mulutku kembali tidak bisa diam ketika milik Donghae memasuki bagian vitalku.
Jinjja …. entah kemana rasa lelah dan kantuk yang sejak tadi kurasakan..
                                                                                                                              *00*
 Tidur nyenyakku yang indah dirusak dengan suara nyaring dari ponsel yang sejak tadi meraung-raung di meja sebelahku. Omo .. siapa sih yang menggangguku pagi-pagi begini?
“Hmm”
“Omona! Jangan bilang kau baru saja bangun, Riyoung-ya. Kau lupa ya pagi ini mau kemana?”
Suara nyaring Eomma terdengar. Tunggu dulu … ini sudah pagi ??
“EOMMA !!!”
 Sembari menarik koper, aku terus mengomeli Donghae yang sejak tadi terlihat masih mengantuk. Hhh … ini semua karena dia!
“Kalau bukan gara-gara kau yang menggodaku semalam, kita tidak akan ketinggalan pesawat begini”, cetusku.
“Yeobo, sudahlah .. yang penting kan masih ada flight berikutnya”, sahutnya tenang. See? Disaat seperti ini dia masih bisa tenang. Ya Tuhan … untung saja dia suamiku!
“Iya tapi masih satu jam lagi dan itu menghabiskan waktu, kau tahu ??”
“Sudahlah, kau sejak bangun tadi tidak berhenti mengomeliku. Perutku lapar ~”
Dia terlihat mengusap-usap perutnya yang keroncongan dan … yah .. rasanya tidak adil juga menyalahinya terus menerus. Lagipula kejadian semalam bukan salah dia seutuhnya kan.
Kutarik tangannya menuju sebuah restoran siapa saji yang ada di bandara. Jinjja, makan dengan penyamaran berlebihan seperti ini membuatku sangat terganggu. Benar-benar menyebalkan!
“Yeobo, makan yang banyak”, Donghae memberikan dua potong ayam goreng ke piringku. Entah ya, tragedi ketinggalan pesawat seperti ini benar-benar merusak mood dan membuatku tidak nafsu makan.
“Aigo, kau kenapa? Masih mau membahas yang semalam, hm?”, godanya. Menyebalkan.
“Heh, bisa tidak diam sedikit? Aku sedang konsentrasi makan”
“Hahaha! Arachi~”
Satu jam kemudian akhirnya kami sudah berada di dalam pesawat dan bersiap untuk berangkat menuju Dubai.

“Hae”
Donghae yang semula memakai headphone di telinganya langsung melepas benda itu dan menatap kearahku.
“Aku mengantuk”, keluhku sembari menggosok mata kananku yang terasa gatal. Ah .. jam tidurku sangat kurang.
Kulihat si manusia ikan itu tersenyum senang. Jarang-jarang kan Hae aku bisa bersikap manis dan manja, bahkan tidak hanya hari ini, tapi semalam juga ketika dirinya pura-pura marah. Kau tahu? Itu sangat mahal harganya.
“Kenapa senyum-senyum? Aku bilang aku mengantuk. Do something …”, rengekku. Itu sedikit menjijikan, Choi Riyoung.
Tangannya langsung mengusap lembut kepalaku dan mengatur tempat dudukku agar aku bisa tertidur nyenyak selama perjalanan.
“Jalja”, ucapnya penuh senyum.
“Kau tidak mau tidur?”
Donghae menahan senyumnya, “Arasseo, aku juga akan tidur disampingmu”. Dia kenapa sih senyum terus?
Senyum manis pun mengembang di wajah Riyoung. Dia sendiri heran kenapa semenjak kemarin dia jadi terang-terangan mengungkapkan sifat manjanya pada Donghae.
“Yeobo kau sedang hamil ya?”, bisik Donghae sambil memainkan rambutku dan akibat pertanyaannya itu, kulayangkan satu tinju kecil diperutnya. Siapa suruh sembarangan bicara.
“Hamil kepalamu! Membuatnya baru semalam mana mungkin jadi secepat itu. Kau menyamakanku dengan mesin pembuat kopi ya?!”.
                                                                                                                             -tbc-
halohalooo aku datang lagi! maaf ya udah berbulan-bulan aku vakum bikin ff. Itu gara2 makin sibuk kuliah dan aku sendiri ga yakin bakal sering produksi (?) ff lagi atau ga, soalnya semester depan aku udah mulai sibuk bikin2 skripsi :((( nasib angkatan tua~ tapi akhir-akhir ini aku janji kok bakal kerjain beberapa ff karna percaya atau gak aku lg kangen donghae juga wkwkwk /alay/ udah ya, syelamat membaca~ butuh koemn dari kalian~ kalo ada kritik, saran, pertanyaan silahkan ke twitter  atau ask fm @adryolivia 
arigachuuuu~

I’m Gonna Love You, Just Like Now *part 2*

ada yang masih inget ff ini? maaf ya, buat yang belum baca lanjutannya waktu itu sempet ke hide/ keapus gt datanya, jadi aku post lagi sekarang 🙂 enjoy and leave your comment-

 

“Kau, Choi Riyoung kan ..? Kau masih ingat padaku ??”, tanya pria tampan itu.

Riyoung tidak bergeming dan terus menatap kearah pria yang mengenalinya itu. Sampai akhirnya ketika tangan pria itu hampir menyentuh lengannya, Riyoung langsung menampik kasar.

“Kenapa kau bisa ada disini ?? Pasti kau diberitahu oleh ibuku, kan?”, tanya Riyoung dingin. Padahal dalam hati ia merasa sangat ketakutan begitu bertemu lagi dengan mantan kekasihnya semasa kuliah ini.

“Ani … Riyoung-ah, aku kesini untuk mencarimu. Aku ingin sekali bertemu denganmu. Kudengar, keluargamu sedang dalam kesulitan, jadi aku berusaha untuk mencarimu. Aku berniat membantumu, Riyoung-ah ..”, jelas pria yang bernama Choi Siwon itu.

Riyoung membuang mukanya, rasanya dia sangat muak melihat Siwon. Menurutnya, sifat Siwon dan ibunya sama saja.

“Aku tidak akan pernah membutuhkan bantuanmu, tuan Choi Siwon. Kau harus ingat itu! Keluargaku memang tidak berkecukupan, tapi kami sangat bahagia. Sebagai suami, Donghae tahu caranya memperlakukan istri dengan baik”, tegas Riyoung.

“Tapi, Riyoung-ah .. Jebal, jangan pernah berpikiran seperti itu .. Aku hanya ingin membantu”, mohon Siwon.

“Jwaesonghamnida, tuan. Aku tidak dibayar untuk mengobrol dengan tamu. Jadi silahkan sebutkan pesanan anda, atau silahkan keluar. Aku masih banyak pekerjaan”, ucap Riyoung menahan kesal.

***

“Narin-ah, aku pulang duluan ya! Mian, tidak bisa menemanimu menunggu jemputan Kangin oppa”, ucap Riyoung sambil melingkarkan scaf dilehernya. Cuaca malam ini begitu menusuk tulang.

Narin mengangguk, “Ne, gwenchana, Riyoungie. Hati-hati dijalan ya. Oia, jamkamman ..”. Ia mengambil sesuatu dari lokernya.

“Ini untuk Haechi dan Yundo. Semoga mereka suka ya. Kemarin aku dan Kangin oppa yang membelikannya”, ucapnya sembari menyerahkan boneka tedy bear yang masih terbungkus rapi dan juga mainan bayi didalamnya.

“Omo, kenapa repot-repot, Narin-ah? Padahalkan kalian bisa menyimpan uangnya untuk menambah biaya pernikahan kalian”, ucap Riyoung.

Narin tersenyum dan menyodorkan hadiah tadi ke tangan Riyoung, “Ambillah, Youngie. Anggap saja, ini hadiah untuk keponakan-keponakan kecilku itu”.

Dengan agak berat hati, Riyoung pun menerimanya, walaupun dia tahu kalau Donghae tidak akan pernah suka jika menerima barang-barang pemberian orang seperti ini.

“Gomapseumnida, Narin-ah! Gomapseumnida .. kau sudah banyak membantu keluargaku. Maaf terlalu merepotkan! Sampaikan juga rasa terimakasihku pada Kangin oppa. Semoga kalian bisa cepat menikah ..”, berkali-kali Riyoung membungkuk mengucapkan terimakasih.

Narin tersenyum simpul, “Hajima .. Kau ini seperti dengan orang lain saja. Kita ini kan teman”.

“Sekali lagi, terimakasih. Kalau begitu, aku pulang dulu, ya. Haechi dan Yundo pasti sudah menungguku ..”, pamit Riyoung sambil memeluk Narin.

Riyoung pun merapatkan jaketnya sambil melangkah keluar kedai sambil menenteng tas kertas yang berisi mainan untuk anak-anaknya.

“Aigo, apa masih ada bus jam segini?”, dia melirik kearah jam tangannya. Tepat pukul sembilan malam.

Riyoung pun bergegas menuju halte bus. Ternyata disana cukup sepi. Ia menyesal pulang semalam ini karena sedikit lalai menyelesaikan pekerjaannya.

Sambil duduk menunggu bus datang, dia mengambil ponselnya dari dalam saku jaket. Lalu mencari nomor telepon ibu mertuanya.

“Yoboseyo, eommonim .. Ahh, ne mianhamnida. Tadi di kedai ramai sekali. Jadi aku baru pulang jam segini …”

“ Ini aku sedang menunggu bus. Ah, anak-anak sudah tertidur? Aigo, ibu macam apa aku ini~ mianhamnida, eommonim …..! Mwo? Apa tidak merepotkan?Arasseo, baiklah besok pagi aku janji akan langsung kesana dan menjemput anak-anak. Gomawoyo, eommonim .. De, annyeong”.

Riyoung menutup teleponnya dan menghembuskan nafas. Malam ini dia akan tidur sendiri, tanpa Donghae dan juga tanpa anak-anak, karena dia pulang terlalu malam, jadi tidak mungkin datang kerumah ibu mertuanya dan membangunkan anak-anak yang sudah tertidur lelap, lalu mengajak mereka pulang.

Riyoung menengok kesana kemari karena merasa ada seseorang yang mengamatinya. Perasaannya dikecam rasa takut.

“Hyung, lihat itu, ada yeoja cantik, hyung …! Sendirian lagi, hyung”, tiba-tiba saja ada dua orang pria berpakaian acak-acakan berjalan terhuyung menghampiri Riyoung. Tangan mereka menggenggam botol bir.

“Ya! Yeppeun yeoja~ sedang apa disini? Mau kami temani ..? Aigo, kau cantik sekali sih!”, goda salah satu dari pria berandal itu sehingga membuat Riyoung berdecak ketakutan.

“Jangan ganggu aku! Pergi ..!”, bentak Riyoung sambil terus mengumpulkan keberaniannya untuk mengusir pria-pria mabuk itu.

Tapi kedua pria berandal itu tidak beranjak dari tempatnya. Melainkan salah satu dari mereka semakin mendekati Riyoung dan berusaha menyentuhnya, tapi Riyoung menghindar.

“Tuhan, Appa, Donghae oppa, tolong aku ….”, ringisnya dalam hati.

“Aigo, hyung … dari dekat seperti ini dia catik sekali, hyung. Hei, cantik~ kau mau ikut dengan kami tidak?”, tanya mereka lagi sambil kembali berusaha membelai wajah Riyoung.

“Jangan sentuh !! Pergi!”, suara Riyoung terdengar gemetar karena rasa takutnya yang luar biasa.

“Jangan galak-galak, jagiya … Kami tahu apa yang kau butuhkan. Ayo ikut kami!”, salah satu diantara mereka ada yang mulai berani menarik tangan Riyoung.

“Shireo ..! Pergi! Jebal … !! Tolong aku!”, teriak Riyoung.

Kedua pria mabuk itu berusaha menarik-narik tangan Riyoung dengan susah payah karena Ryoung sendiri terus meronta dan berteriak kencang.
Hingga tiba-tiba …

BRUK !!

Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap meninju wajah salah satu berandal itu sampai ia jatuh tersungkur diaspal.

“Hyung! Ya !! Nuguseyo ?! Berani-beraninya kau memukul hyung! Rasakan ini …”, si pria kedua mengepalkan tangannya berusaha membalas tinju pria tinggi tadi, namun sayang pukulannya meleset sehingga menyebabkan sang pria tinggi dan bertubuh tegap tadi menghajarnya sampai babak belur.

Kedua berandal itu pun bersusah payah untuk bangun dan lari terbirit-birit. Sedangkan Riyoung, yang entah sejak kapan sudah berlutut sambil memeluk dirinya sendiri yang gemetar ketakutan. Terdengar isakan kecil yang keluar dari bibirnya.

Pria yang ternyata Siwon itu langsung melepas mantel yang dikenakannya, lalu menyelimuti tubuh ringkih sang mantan kekasih.

“Riyoung-ah ..”, panggilnya.

Riyoung tidak menjawab. Dia masih menundukkan kepalanya dan terus menangis.

“Riyoung-ah. Choi Riyoung … Ini aku. Sudah, mereka sudah tidak ada. Riyoung-ah, keadaan sudah baik-baik saja. Ayo, kau kuantar kau pulang”, Siwon memegang lengan Riyoung dan membantunya berdiri.

“Jangan sentuh aku .. Jangan pernah menemuiku lagi .. Pergilah, aku tidak butuh bantuanmu ..”, tepis Riyoung.

Siwon menghela nafas kesal. Mantan kekasihnya ini memang keras kepala. Selalu menganggap bisa mengatasi segalanya sendiri, padahal jelas-jelas dia membutuhkan bantuan orang lain.

“Baiklah, kalau maumu begitu! Aku akan pergi dan meninggalkanmu sendiri disini, dan jika kedua orang mabuk itu kembali lagi kesini untuk membalas dendam, aku tidak mau menolongmu lagi. Anggap saja ini terakhir kalinya aku menemuimu dan membantumu ….”, ketus Siwon kesal.

Dia pun pura-pura beranjak meninggalkan Riyoung sendiri dihalte bus. Selangkah, dua langkah, Riyoung tetap tak bergeming dari posisinya sehingga hal ini membuat Siwon gemas dengan tingkah kekanakan Riyoung yang masih dipeliharanya sampai sekarang.

“Ya !! Choi Riyoung! Berhenti bersikap seperti anak-anak lagi! Usiamu sudah duapuluh empat, anakmu sudah dua, tapi kenapa sifatmu masih seperti ini ?? Ppali, kuantar pulang sebelum aku berubah pikiran”, Siwon yang terlihat tidak sabar langsung menarik tangan Riyoung, tapi lagi-lagi perempuan itu berontak.

“Shireo !!”, pekiknya.

“Choi Riyoung! Mau sampai kapan kau membenciku ?? Dulu aku memang pernah menyakitimu, dulu aku pernah bersekongkol dengan ibumu, tapi sekarang aku sudah berubah. Aku ingin meminta maaf padamu, dan aku tulus membantumu! Kenapa sih kau selalu memandangku dari sisi negatifnya terus ??”, omel Siwon.

Riyoung hanya terdiam. Kepalanya masih tertunduk. Sebelum kesabarannya habis, Siwon pun langsung menarik lagi lengan Riyoung lalu menyuruhnya masuk kedalam mobil. Ajaib, kali ini dia tidak berontak.

Sepanjang perjalanan mereka terdiam. Bahkan Riyoung memilih membuang muka dengan terus-terusan melihat kearah jendela.

“Kita makan dulu ..”, ucap Siwon.

“Kau tadi bilang kalau mau mengantarku pulang kan? Bukan mengantar makan?”, cetus Riyoung.

“Aku belum makan dari pagi. Kau tahu? Aku menungguimu didepan kedai sampai ketiduran ..”, sahut Siwon.

“Jadi kau memata-mataiku, huh ?? Berbakat sekali rupanya kau ya!”, nada bicara Riyoung mulai meninggi lagi.

“Sudahlah, Riyoung-ah. Jangan marah-marah terus, perutku sakit karena telat makan, dan kau masih tega memarahiku dengan suara cemprengmu? Kau tidak pernah berubah, Youngie ..”, celetuk Siwon sambil memarkirkan mobilnya didepan sebuah restoran.

“Kau pikir, kau sudah berubah ??”, balas Riyoung.

Siwon hanya mendesah sebal tanpa menanggapi ucapan Riyoung. Menurutnya, perutnya lebih penting diladeni ketimbang hal lain.

“Kajja!”, lagi, Siwon menarik, lebih tepatnya menggandeng tangan mantan kekasihnya itu.

Mereka berdua pun duduk disebuah tempat yang menghadap jendela.

“Kau mau pesan apa?”, tanya Siwon sambil melihat-lihat buku menu.

Riyoung menggeleng dan terus membuang muka.
Baiklah, Siwon menyerah. Setelah memesan beberapa menu makanan, Siwon pun mengembalikan buku menu pada pelayan, lalu menatap tajam kearah Riyoung.

Perempuan yang duduk dihadapannya ini tidak banyak berubah. Kecantikannya tidak pernah berkurang, atau mungkin malah bertambah. Meskipun tubuhnya memang terlihat makin kurus dan ia sedikit kurang terawat. Garis-garis kelelahan terlihat dari wajahnya. Rasanya ingin sekali Siwon memeluk perempuan yang pernah mengisi hari-harinya beberapa tahun lalu ini.

“Untuk apa memperhatikanku seperti itu ?? Kau punya niat busuk?”, ketus Riyoung.

Siwon menggeleng pelan. “Riyoung-ah, aku mau minta maaf …. Aku benar-benar merasa bersalah”.

Riyoung seakan tidak mempedulikan ucapan mantan kekasihnya itu. Kepercayaannya akan lelaki yang dihadapannya ini sudah hilang sejak kejadian dimana ia mengetahui kalau Siwon ternyata ikut andil dalam rencana ibunya memisahkan hubungannya dengan Donghae.

“Kalau aku tidak mau memaafkanmu, bagaimana?”, tanya Riyoung sinis.

Siwon menghela nafas dalam-dalam, “Sejak kapan kau berubah menjadi sekejam ini, Riyoung-ah?”.

Riyoung sengaja tidak menjawab pertanyaan Siwon yang dianggapnya tidak penting.

“Aku sudah tidak lagi berhubungan dengan ibumu, sejak dua tahun lalu. Setelah mengetahui kehidupanmu dengan Donghae bahagia, aku mundur. Aku sadar, kau memang untuk Lee Donghae, dan mau bagaimanapun caranya, aku tidak akan pernah bisa hadir ditengah-tengah kalian …”, jelas Siwon dengan suara pelan.

“Aku tahu, dulu aku melakukan kesalahan fatal. Tapi sekarang aku benar-benar tidak tahu lagi tentang semua rencana yang dilakukan ibumu. Dan aku kesini hanya untuk meminta maaf denganmu dan Donghae. Aku ingin menebus kesalahanku. Lagipula, Appamu juga meminta tolong padaku untuk melihat keadaanmu”, lanjut Siwon.

Riyoung langsung menatap kearah Siwon begitu mendengar tentang Ayahnya, “Appa …?”.

Siwon mengangguk, “Apa kau tidak tahu? Sekarang ahjumma dan ahjussi sudah tidak tinggal serumah lagi. Eunhee ahjumma pergi entah darimana, dan meninggalkan Jiseok ahjussi. Ahjussi juga sempat jatuh sakit setelah bertengkar dengan ahjumma”.

Airmata Riyoung mulai menggenangi pelupuk matanya. Bagaimana bisa dia tidak tahu kabar sepenting ini ?? Lalu, bagaimana kabar Ayahnya sekarang? Terakhir mereka bertemu hanya saat tahun baru chusok kemarin, lalu setelah itu mereka jarang saling mengontak lagi.

“Lalu .. bagaimana keadaan appa sekarang?”, lirihnya.

“Appamu sudah baik-baik saja, Minho yang baru pulang dari Tokyo merawatnya dengan baik. Dan ibumu juga sudah ditemukan. Beliau menetap untuk sementara waktu dirumah kalian yang ada di Apgujeong”, jawab Siwon.

Riyoung langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu menangis, “Appa … mianhae, Appa … mianhae”.

“Sudahlah, Riyoung-ah. Appamu sudah baik-baik saja. Oia, kudengar kau sudah melahirkan anak keduamu, ya? Wah, cukhae!”, ucap Siwon berusaha mencairkan suasana.

Riyoung mengusap airmatanya dengan tissue yang disodorkan Siwon, “Ne, gomawo ..”.

“Namja atau yeoja?”, tanya pria itu lagi.

“Namja, sekarang sudah berusia tujuh bulan”, jawab Riyoung.

“Lalu Donghae? Kenapa dia tidak menjemputmu pulang kerja selarut ini?”, selidik Siwon.

Riyoung terdiam. Wajahnya terlihat murung mengingat Donghae. “Dia pergi melaut ..”.

“Mworago? Melaut ?? Jangan bercanda, Riyoung-ah. Donghae itu mahasiswa lulusan seni musik dari universitas terkenal di Korea Selatan, tapi kenapa ..?”, Siwon terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Riyoung.

Riyoung menarik nafas panjang, “Setahun yang lalu dia dipecat dari pekerjaannya tanpa alasan yang jelas. Dan sampai saat ini, entah kenapa tidak ada satu perusahaan musik pun yang mau menerima lamaran pekerjaannya. Aku sendiri tidak habis pikir ..”.

“Akan kuusahakan untuk membantu kalian ..”, kata Siwon.

Riyoung menggeleng, “Tidak usah, oppa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Lagipula selama kebutuhan keluarga kecil kami masih bisa terpenuhi, itu bukan masalah yang besar”.

Siwon hanya mampu terdiam sambil memandangi wajah lesu mantan kekasihnya tersayang ini. Riyoung juga terdiam sedih karena teringat oleh Donghae dan kedua anaknya. dalam benaknya, dia begitu mengkhawatirkan Donghae. Apa malam ini dia sudah makan, apa dia bisa tidur dan apakah dia tidak kedinginan.

Tiba-tiba, airmatanya menetes lagi. Tapi jari lentiknya cepat-cepat menyeka butiran airmata itu.

“Kau yakin tidak ingin makan apapun?”, tanya Siwon lembut.

Riyoung menggeleng, “Anio, aku mau pulang saja”.

“Baiklah, ayo. Kurasa kau memang harus pulang dan istirahat”, Siwon bangkit dari tempat duduknya setelah membayar semua pesanannya.

Sesampainya dirumah, Riyoung langsung mengganti pakaiannya, lalu bergegas keluar dan duduk sambil memandangi kearah pantai.

“Yeobo, apakah kau sudah makan? Apa kau kedinginan? Aku merindukanmu …”, gumamnya sedih.

Lama Riyoung memandangi pantai, sampai akhirnya matanya terkatup rapat dan ia tertidur, padahal udara malam ini begitu dingin.

***

Sinar matahari mulai menerangi sosok tubuh perempuan yang meringkuk disebuah kursi panjang. Kedua lengannya memeluk tubuh kurusnya sendiri. Wajahnya terlihat pucat, badannya sedikit gemetar.

“Riyoung-ah … Ireona!”, Siwon yang baru datang langsung membangunkannya.

Perlahan mata Riyoung terbuka. Matanya terlihat membengkak. Mungkin karena ia menangis semalaman.

“Aigo! Kenapa wajahmu pucat sekali? Kau sakit ??”, tanya Siwon.

Riyoung menggeleng, “Anio, naneun gwenchana, oppa”.

Karena tidak percaya dengan jawaban Riyoung, Siwon pun langsung meraba kening Riyoung.

“Omona, suhu badanmu panas begini, kau masih bilang tidak apa-apa? Kau mau mati muda, Riyoung-ya?”, omel Siwon.

Riyoung berdecak kesal, “Sudahlah, lagipula apa pedulimu? Aku tidak apa-apa ..”. Dia mencoba beranjak berdiri meskipun kepalanya terasa pening.

“Semalaman kau tidak tidur didalam?”, tanya Siwon lagi sambil mengikuti Riyoung masuk kedalam.

Riyoung sengaja mendiamkan ocehan Siwon, karena dia merasa tidak punya tenaga untuk adu argumen dengan mantan kekasihnya ini.

“Kau mau apa kesini?”, tanya Riyoung dari arah dapur sambil membuatkan secangkir kopi untuk Siwon.

“Aku membawakan sarapan untukmu dan anak-anakmu. Oia, kemana mereka? Belum bangun?”, tanya Siwon sambil melihat ke sekeliling rumah mungil ini.

Tak lama, Riyoung kembali sembari membawa kopi untuk Siwon, “Semalam mereka menginap dirumah Eommonim .. Dan pagi ini, sebelum bekerja, aku akan menjemput mereka”.

“Lalu, kau akan membawa mereka ke kedai kopi?”, tanya Siwon lagi.

Riyoung mengangguk sembari memijat pelipisnya, “Mau tidak mau harus kubawa mereka”.

“Siapa yang akan menjaganya disana? Apa bosmu tidak akan marah?”.

Riyoung terdiam. Kepalanya bertambah nyeri. Selama ini dia memang belum pernah membawa Haechi ataupun Yundo ke tempat kerjanya, dan jika hari ini dia membawa mereka, siapa yang akan menjaganya?

“Kalau kau mau, aku bisa membawa anak-anakmu ke tempat penitipan anak yang ada didekat penginapanku. Disana dijamin aman”, usul Siwon.

Riyoung menatap tajam kearah Siwon, “Apa aku harus mempercayai ucapanmu? Siapa tahu kan, bisa saja kau membawa lari atau menculik anak-anakku”.

Siwon tertawa geli sehingga memperlihatkan kedua lesung pipinya yang manis, “Riyoung-ya …! Kau ini, masih belum berubah juga, yah. Antara bodoh atau polos? Coba kau pikir, untuk apa aku menculik atau membawa lari anak-anakmu? Kalau kau tidak mempercayaiku, kau bisa ikut ke tempat penitipan anak itu. Aku akan mengantarmu”.

Riyoung memanyunkan bibirnya sebal, “Baiklah, kali ini aku mempercayaimu”.

Mereka pun bergegas kerumah ibunya Donghae. Riyoung sengaja menyuruh Siwon mengantarnya tidak sampai depan rumah ibu mertuanya.

“Annyeong hasimnikka, eommonim …. Mianhaeyo, semalam aku pulang terlalu malam ..”, ucap Riyoung sambil membungkuk dalam.

Ibu mertuanya hanya tersenyum lembut sambil memeluk anak menantunya itu, “Gwenchana. Memangnya semalam kau pulang jam berapa? Sudah sarapan?”.

Riyoung mengangguk, “Sudah, eommonim. Mianhae, semalam aku baru pulang pukul sembilan”.

“Sudah, jangan minta maaf terus. Aku baru saja habis mengantar Haechi ke TK”.

“Lalu Yundo?”, tanya Riyoung.

“Ada dikamar. Kau masuk saja kedalam”, ucap ibu mertuanya.

Riyoung pun masuk kedalam kamar dan melihat putranya sedang berguling-guling diatas kasur sambil menggigiti mainannya.

“Ya ..! Awan kecil eomma! Yundo-ah, annyeong! Yundo-ah, rindu pada eomma?”, Riyoung mencubiti pipi Yundo yang tembam. Anak lelakinya itu pun tersenyum lucu.

“Aigo, eomma rindu sekali padamu dan noonamu. Apa semalam tidurmu nyenyak? Hmm ..?”, Riyoung pun menggendong Yundo dan membawanya keluar.

“Kau semakin berat saja, Yundo-ah”, ucap Riyoung sambil menciumi anaknya.

“Kau mau langsung pulang?”, tanya ibu mertuanya.

Riyoung mengangguk sambil mengambil tas besar yang berisi perlengkapan Haechi dan Yundo, “Pagi ini aku harus ke kedai kopi”.

“Lalu, Yundo?”

“Temanku ada yang menawarkan untuk membawa Yundo ke tempat penitipan anak, eommonim ..”

“Baiklah, hati-hati ya! Yundo-ah, tidak mau mengucapkan selamat tinggal dulu pada halmeoni?”.

Yundo pun tersenyum lagi sambil melambai-lambaikan tangannya.

“Aigo, kyeopta!”, sahut ibu mertua Riyoung.

“Kalau begitu, aku pamit dulu, Eommonim. Nanti kalau aku sedang libur, kami pasti akan main kesini lagi. Maaf kalau terlalu merepotkan”, Riyoung membungkuk singkat.

Ibu mertuanya pun tersenyum sembari mengusap kepala Riyoung, “Ya ..! Gwenchaseumnida, Riyoung-ah. Kau ini kan menantuku, kenapa harus meminta maaf? Kalau kau butuh bantuanku lagi, jangan sungkan-sungkan untuk datang”.

Riyoung mengangguk, “Ne, gomapseumnida, Eommonim .. Aku, pamit dulu”.

“Jamkamman, Riyoung-ah ..”, panggil ibu mertuanya.

Riyoung menoleh lagi, “Waeyo, eommonim?”.

Ibu kandung suaminya itu mengeluarkan sesuatu dari saku rok panjang yang dikenakannya, lalu menarik tangan Riyoung dan menaruh sesuatu disana, “Maaf, hanya itu yang aku bisa berikan. Semoga cukup untuk ongkos naik bus dan makan siangmu hari ini ..”.

Riyoung sedikit terkejut saat membuka kepalan tangannya. Disana terdapat beberapa lembar beberapa ribu won yang dilipat asal.

“Eommonim ……”, mata Riyoung mulai berkaca-kaca.

Ibu mertuanya itu hanya tersenyum simpul, “Sudah sana, cepat ke kedai kopi. Nanti kau bisa terlambat. Jangan lupa, makan yang banyak!”.

“Eommonim, gomapseumnida! Gomapseumnida, eommonim ..”, Riyoung membungkuk berkali-kali sambil meneteskan airmatanya.

“Heii, sudah! Sana cepat berangkat”, ucap sang ibu mertua sembari menepuk bahunya.

Riyoung mengangguk sambil sesegukan, “Aku berangkat dulu, eommonim … Annyeonghi giseyo …”.

Riyoung pun berjalan sambil menggendong Yundo lalu berhenti tepat didepan mobil mewah Siwon.

“Ya! Kau kenapa menangis?”, tanya Siwon heran.

Riyoung menggeleng sambil mengusap airmatanya. Ia benar-benar merasa terharu atas perlakuan ibu mertuanya selama ini.

“Eommonim, sudah banyak membantuku. Beliau sangat menyayangiku, tapi anaknya sendiri dibenci oleh ibuku ..”, lirihnya.

Siwon menghela nafas lalu memberikan saputangannya untuk Riyoung, “Sudah jangan menangis lagi. Orang-orang memang banyak yang menyayangimu, Riyoung-ah, kau harus sadar akan hal itu”.

Riyoung menerima saputangan dari Siwon untuk membersihkan airmatanya.

“Ini anakmu yang kedua?”, tanya Siwon sambil menatap kearah Yundo.

Riyoung mengangguk. “Aigo, kyeopta! Siapa namanya?”, tanya Siwon lagi sambil tersenyum kearah Yundo.

“Yundo. Lee Yundo, yang artinya awan”, jelas Riyoung.

Siwon tersenyum sambil mencubit pelan pipi Yundo, “Nama yang bagus! Matanya seperti matamu, Riyoung-ah. Yundo-ah, annyeong! Ini Siwon hyu ….”.

“Ini Siwon ahjussi, Yundo-ah. Siwon ahjussi, kajja kita berangkat!”, Riyoung memutus ucapan Siwon dan langsung masuk kedalam mobil.

“Ya! Riyoungie …! Jangan ajarkan anakmu untuk memanggilku ahjussi”, protes Siwon.

***

Siwon pun mengantarkan Riyoung ke tempat penitipan anak yang dekat dengan penginapannya.

“Yundo-ya, eomma harus pergi bekerja. Kau bermain disini dulu ya dengan ahjumma yang ada disini. Ingat, tidak boleh cengeng dan membuat repot ahjumma. Nanti sore eomma akan menjemputmu lagi. Arasseo ?!”, ucap Riyoung pada Yundo.

Seakan mengerti, anak lelakinya yang baru berusia tujuh bulan itu sempat terdiam, lalu tersenyum.

“Aigo, pangeran kecil eomma pintar sekali. Kalau begitu, eomma pamit dulu, sayang. Annyeong!”, Riyoung mengecup pipi dan bibir mungil Yundo.

“Ahjumma, tolong jaga Yundo, ya. Nanti sore sekitar pukul empat, aku akan kembali untuk menjemputnya”, ucap Riyoung pada ahjumma ditempat penitipan.

Ahjumma itu mengangguk, “Ne, aku akan menjaganya dengan baik”.

Riyoung tersenyum dan membungkuk singkat. Kemudian dia bergegas keluar diikuti Siwon.

“Jeongmal gomawoyo, tuan Choi Siwon atas bantuannya ..”, ucap Riyoung formal.

Siwon tersenyum geli, “Ya! Kau bisa berhenti bersikap seperti itu padaku? Menggelikan, Riyoung-ah”.

Riyoung hanya tersenyum tipis. Tubuhnya terasa kurang sehat hari ini.

“Baiklah, aku harus segera ke kedai. Sampai jumpa lagi, Siwon oppa”, Riyoung melambaikan tangannya.

“Ya! Ya! Riyoung-ah! Mau kemana kau? Cepat masuk lagi ke mobilku. Aku yang akan mengantarmu ke kedai”, kata Siwon.

Riyoung menoleh heran, “Ah, tidak usah. Aku bisa naik bus … Lagipula, dari kemarin kau sudah banyak membantuku”.

“Memang kenapa kalau sudah banyak membantumu ?? Sudah, cepat naik, Riyoungie~ aku tahu hari ini kau kurang sehat. Lihat wajahmu, pucat”, ucap Siwon sambil menunjuk kearah wajah Riyoung.

Riyoung terdiam. Memang, kepalanya sedikit pusing. Tapi dia tidak terlalu mempedulikan hal itu, karena ia yakin rasanya tidak akan lama.

“Aigo, tanganmu saja panas, Riyoung-ah”, Siwon menarik tangan Riyoung dan menyuruhnya masuk ke mobil.

Perempuan itu pun menurut dan naik ke mobil Siwon. Sepanjang perjalanan pun mereka terdiam.

“Kalau kau merasa kurang sehat, sebaiknya tidak usah bekerja”, ucap Siwon membuka suara.

Riyoung menggeleng pelan, “Gwenchana. Aku sehat-sehat saja”.

“Tapi wajahmu pucat, Riyoung-ah. Ini pasti karena semalam kau tidur diluar. Memangnya apa yang membuatmu semalam tertidur diluar seperti itu, Riyoung-ah ??”, tanya Siwon.

Riyoung menghela nafas pendek, “Aku merindukan Donghae oppa …”.

Siwon terdiam. Mendengar nama Donghae, terselip sedikit rasa cemburu didalam hatinya. Tapi dia berusaha menampik rasa itu perlahan agar Riyoung tidak mengetahuinya.

“Memangnya kapan dia akan pulang?”, tanya Siwon lagi sambil fokus menyetir.

“Molla. Dia hanya bilang, paling cepat dua hari dia akan kembali, tapi paling lama satu minggu”, jawab Riyoung pelan.

Siwon mengangguk mengerti. Tak lama, mobilnya pun berhenti tepat didepan kedai kopi tempat yang mempertemukannya kembali dengan Riyoung.

“Sudah sampai ya? Ah, aku harus cepat-cepat. Gomawoyo, Siwon oppa! Hati-hati dijalan ..”, Riyoung buru-buru turun dari mobil Siwon, padahal badannya terasa semakin lemas.

“Riyoung-ah, kau yakin baik-baik saja ??”, tanya Siwon.

Sebelum menutup pintu mobil, Riyoung sempat mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum tipis. Lalu ia bergegas masuk kedalam kedai sambil melambaikan tangannya pada Siwon.

Siwon hanya bisa menggelengkan kepalanya, “
Aigo, anak itu ….”.

***

Riyoung pun memulai aktivitasnya bekerja di kedai kopi. Dia memakai seragam kebangsaan kedai ini, lalu mulai membersihkan meja, melayani pesanan para tamu, dan membuat pesanan.
Wajahnya pun semakin terlihat pucat. Dan rasa pusing dikepalanya semakin menjadi. Tapi ia berusaha menampik semua itu agar bisa terus melanjutkan pekerjaannya.

“Riyoung-ah, bisa minta tolong ……”, ucapan Narin terhenti ketika melihat Riyoung sedang berpegangan pada wastafel didapur. Kedua matanya terpejam, bibirnya memutih dan keringat dingin mengucur dari pelipisnya.

“Riyoung-ah, neo gwenchana ?? Kau terlihat kurang sehat”, kata Narin sambil meraba dahi Riyoung.

“Ani, aku sehat-sehat saja, Narin-ah. Hanya sedikit pusing”, ucap Riyoung sambil berusaha melanjutkan pekerjaannya, “Oia, tadi kau mau minta tolong apa?”.

Narin menggeleng pelan sembari memperhatikan wajah sahabatnya itu, “Kau yakin? Badanmu panas, Youngie .. Sebaiknya kau meminta ijin pulang pada bos”.

Riyoung menggeleng pelan, “Aku baik-baik saja, Narin-ah. Sudah sana, kembali bekerja. Aku juga mau mencuci ini dulu ..”.

Narin hanya terdiam, kemudian berhegas keluar dari dapur. Dia hafal betul sifat sahabatnya ini yang tidak mau merepotkan orang lain. Tapi kali ini keadaan Riyoung benar-benar terlihat kurang sehat. Maka ia pun memutuskan untuk bicara dengan managernya agar mengijinkan Riyoung yang sedang sakit untuk pulang.

***

Ditengah laut, seorang pria sedang duduk ditepi kapalnya sambil memandangi keadaan sekitar. Dia menghela nafa panjang. Diliriknya layar ponselnya. Masih tidak ada jaringan yang bisa digunakan untuk menelpon atau sekedar mengabari istri dan anaknya dirumah. Dia mendengus pelan. Sudah dua hari disini, tapi belum juga mendapatkan hasil. Selain itu, dia juga sangat merindukan istri dan kedua anaknya yang masih kecil.

“Donghae hyung, kata Yunho hyung, kemungkinan kita disini bisa sampai seminggu”, tiba-tiba Jinki, tetangganya yang juga ikut menangkap ikan dilaut muncul berdiri disebelahnya.

Pria yang dipanggil Donghae itu hanya menghela nafas lagi. Ia menyipitkan matanya untuk memeriksa apakah jalanya sudah berhasil menjerat ikan atau belum.

“Tapi jujur hyung, kalau disini sampai seminggu, aku tidak sanggup. Bisa-bisa eomma mencariku. Aku kan ikut kesini tanpa ijin dari eomma”, lanjut Jinki.

Donghae tersenyum tipis sambil memukul pelan lengan tetangga yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri itu, “Kalau nanti kau membawa hasil tangkapan, aku yakin eommamu akan bangga padamu”.

Jinki hanya manggut-manggut. Pipinya yang agak chubby membuat Donghae semakin teringat pada Yundo.

“Hyung, kenapa melihatku seperti itu? Aaah, aku tahu! Pasti hyung terpesona dengan ketampananku”, narsis Jinki mulai kumat.

Lagi-lagi Donghae tersenyum, “Ya! Kau tahu, pipimu mirip dengan pipi tembam Yundo ..”.

Jinki langsung mencubit pipinya yang seperti tahu, “Hyung, kau tahu? Jika nanti Yundo besar, dia akan tampan sepertiku .. dan hyung akan bangga jadi Appanya”.

“Tampan sepertimu? Dia anakku, pastilah dia tampan seperti aku ..”, celetuk Donghae.

Jinki hanya tertawa lebar sambil masuk kedalam. Ketika Donghae ingin mengejarnya, tiba-tiba lengannya tergores sesuatu yang tajam hingga berdarah.

“Aisssh! Ckcck ..”, Donghae mengusap darah dilengannya. Sedikit perih. Tapi entah kenapa perasaannya langsung tertuju pada Riyoung.

***

“Riyoung onnie pingsan!”, pekik Miyun saat melihat sosok Riyoung tergeletak lemas didapur. Wajahnya semakin pucat dan suhu badannya panas.

Semua pelayan di kedai itu pun berusaha menolong Riyoung. Diangkatnya tubuh kurus itu dan dibawa ke Mina, salah satu pelayan tertua di kedai itu.

“Badannya panas sekali. Ambilkan kompresan dan obat!”, ucapnya sambil meraba kening Riyoung.

Narin pun mengambilkan semangkuk besar air dingin beserta spautangan dan obat penurun panas.

“Dia sakit, tapi kenapa memaksa bekerja? Narin-ah, hubungi suaminya”, ucap Mina.

“Tapi onnie, suaminya sedang dilaut ..”, ucap Narin.

“Aigo! Lalu bagaimana? Sebaiknya dia dibawa pulang agar bisa istirahat ..”, kata Mina lagi.

Ketika para pelayan sedang kebingungan, tiba-tiba Siwon yang sejak mengantar Riyoung tadi belum pulang demi mengawasi mantan kekasihnya itu, menyeruak masuk.

“Kudengar Choi Riyoung ssi pingsan”, ucapnya.

Semua mata pun tertuju kearah Siwon. Bagaimana tidak, selama ini pria tampan yang mereka tahu sering datang ke kedai meski hanya untuk mengantar atau menjemput Riyoung hanyalah Donghae, suami Riyoung sendiri, tapi kali ini ada pria tampan lagi yang datang dan terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan Riyoung.

Menyadari tatapan heran dari teman-teman sekerja Riyoung, Siwon berusaha menyembunyikan rasa khawatirnya, “Ehem, aku Choi Siwon, kakak lelaki Riyoung .”.

Narin yang mendengar itu hanya terdiam heran. Yang dia tahu, Riyoung hanya punya adik lelaki, dan Riyoung adalah anak sulung dikeluarganya.

“Baguslah kalau oppanya ada disini. Maaf tuan, bisakah kau membawa Riyoung pulang? Kurasa dia butuh istirahat. Dia demam ..”, ucap Mina.

Siwon pun meraba kening Riyoung, dan benar saja, dia demam.

“Baiklah, aku akan membawanya pulang”, Siwon membopong Riyoung dan bergegas keluar.

Beberapa teman-teman Riyoung pun membukakan pintu mobil Siwon agar dia lebih mudah memasukkan Riyoung kedalam.

“Kamsahamnida, yeorubun .. Aku akan membawanya pulang dan merawatnya”, ucap Siwon sambil membungkuk dalaam.

“Ne, rawatlah dia dengan baik”, pesan Mina.

Siwon mengangguk sambil tersenyum, lalu ia begegas memasuki mobilnya.

“Aku tidak tahu kalau Riyoung punya oppa setampan itu. Aigo! Bahkan dia lebih tampan dari suami Riyoung, Donghae ssi”, ucap salah satu pelayan.

“Satu kesimpulan yang bisa kuambil, Riyoung itu anak orang kaya. Lihat mobil oppanya ?! Dari awal aku sudah mengira“, sahut salah satu dari mereka lagi.

“Ya, ya! Sudah, kenapa jadi bergosip? Kembali bekerja sana!”, omel Mina.

***

“Aigo, badanmu panas sekali, Riyoung-ya. Sudah kubilang tadi lebih baik tidak usah bekerja ..”, gumam Siwon sambil sesekali melirik kebelakang untuk melihat keadaan Riyoung.

“Dong-hae op-pa … Hae oppa ..”, tiba-tiba Riyoung mengigau.

“Riyoung-ah, sabar ya. Sebentar lagi kuantar pulang”, ucap Siwon panik.

Tak lama, Siwon pun sampai dirumah Riyoung. Ia langsung membopong Riyoung lagi masuk kedalam. Dibawanya Riyoung masuk kedalam kamar. Dan diambilkannya kompresan untuk meredakan demamnya.

“Hae oppa, dingin …. Appa ..”, Riyoung mengigau lagi. Namun kali ini seluruh badannya menggigil.

Siwon pun menyelimutinya dengan selimut tebal, kemudian dia menelpon dokternya yang ada dipenginapan untuk datang dan memeriksa keadaan Riyoung.

“Dingiiiin ..”, Riyoung semakin menggigil. Mau tak mau Siwon pun menggenggam erat tangan mantan kekasihnya itu.

Tak lama, dokter yang ditelepon Siwon pun datang dan segera memeriksa keadaan Riyoung.

“Bagaimana keadaannya?”, tanya Siwon cemas.

“Teman anda hanya demam dan kelelahan. Saya sudah memberikannya suntikan dan obat. Jika dia bangun nanti, beri dia makan agar perutnya terisi”, ucap dokter itu.

Siown mengangguk paham, “Algesseumnida, uisa seonsaengnim. Kamsahamnida …”.

Setelah dokter pergi, Siwon pun terlihat kebingungan. “Aku harus memasak apa? Aku tidak bisa memasak. Jinjja …”, ucapnya.
“Apa sebaiknya aku ke minimarket saja? Tapi apa dia bisa ditinggal sendiri? Ah, baiklah. Riyoung-ah, aku ke minimarket sebentar untuk beli bahan makanan ya”, Siwon bergegas keluar dan mengendarai mobilnya.

*****************TO BE CONTINUED*****************

Rules ..

Image

Hai, apa kabar? lama ga main dan ngepost sesuatu kesini. Rasanya lumayan kangen juga. Mohon maaf sebelumnya buat yang sering nanyain author kemana dan nanyain kelanjutan ff-ff ku. Semenjak kuliah di semester 3 aku mulai sibuk dan ga dapet inspirasi lagi buat nulis. Dan yang di kepala itu udah bukan Donghae, hahaha~ dan semenjak naik ke semester 4 ini mood buat nulis juga makin ilang dan bayang-bayang Donghae musnah digantikan yang lain pffft~ tapi tenang aja, mulai dari hari ini aku bakal sering-sering main ke blog buat ngepost kelanjutan ff We Meet Again sampe selesai dan meskipun bayangan Donghae ga sepenuhnya ada di dalam pikiran aku, tapi sebisa mungkin aku bakal berusaha nyelesain dan ngecewain kalian kekeke~

Dan .. oh iya, pas aku buka blog ini box commenct aku penuh banget komentar dari kalian baik yang nanyain ff aku, nanyaian aku, bahkan ga sedikit yang ninggalin komentar cacian di box comment tentang YoonHae shipper. Hahahah … i don’t care lah ya~ lagipula post an tentang shipper-shipper laknat itu udah aku apus kok karena aku ngerasa aku udah dewasa dan ga ada gunanya lagi ngurusin shipperan begitu, mending ngurusin IP gue ye kan~ hahaha~ dan lagian di blog ini nantinya ga cuma ada ff tentang HaeYoung couple kok, tapi banyak juga Riyoung di couple-in dengan yang lain. Visualisasi Choi Riyoung juga udah bukan After School Uee lagi. 

Oh iya satu lagi, buat kalian yang ga suka sama aku atau a[pa yang udah aku buat, mending ga usah kesini atau sampai ninggalin komentar menjijikan kalian disini ya. Maaf aku jadi terkesan arogan, tapi ini blog aku, tempat mencurahkan inspirasi aku, dan kalian ga berhak ninggalin komentar yang berbau menghina. Aku mau sedikit tegas aja sama kalian fans-fans yang masih amat sangat labil dan kehilangan kontrol. 

So, enjoy~

 

-Via, the owner-

We Meet Again [part 2]

 

Image

Pernikahanku dan Donghae hanya tinggal menunggu hitungan hari, dan hari ini aku mendatangi gedung YG entertainment untuk membagi-bagikan undangan.

                “Annyeong haseyo ..!”, sapaku dengan suara keras saat membuka pintu studio Teddy oppa. Dan gotcha! Kelima member Big Bang sunbaenim ada di sana.

                “Riyoung-ah, cepat kemari”, panggil Teddy oppa.

Aku pun tersenyum tipis dan berjalan mendekatinya, “Waeyo?”. Tapi tiba-tiba dia menjitak dahiku, “Sejak kemarin tidak membalas smsku!”. Aku hanya mengerang pelan sambil mengusap-usap dahiku yang lumayan sakit. Haish.

                “Sms yang mana?”

                “Yang bertanya tentang pernikahanmu. Kenapa kau tidak memberitahuku dari jauh-jauh hari?”, protesnya.

Aku hanya tertawa kecil sambil memberikan undangan pernikahanku ke Teddy oppa dan member Big Bang. “Omo! Kau akan menikah? Kau … tidak sedang bercanda kan? Tolong siapapun katakan padaku kalau hari ini April mop!”, cerocos Seunghyun sambil mengacung-acungkan undangan yang ada ditangannya. Sungguh, eksresi wajahnya membuatku sakit perut.

                “April mop kepalamu!”, jitakan lumayan keras dari Tabi oppa mendarat di kepala magnae Big Bang itu. Dan aku yakin, sebentar lagi akan ada pertandingan yang lumayan seru untuk ditonton.

                “Haish hyung! Aku kan tidak percaya kalau Riyoung akan menikah, dengan Donghae hyung pula! Kenapa kau baru memberitahuku sekarang, Riyoung-ah ?? Hatiku sakit …”, lagi, pria bernama lengkap Lee Seunghyun itu memasang ekspresi menggelikan sambil memegang dadanya yang seolah sedang sakit.

                “Ya! Kau itu sudah beberapa bulan terakhir ini sibuk di Jepang, wajar saja kau banyak ketinggalan berita. Lagipula, apa pentingnya Riyoung memberitahumu tentang rencana pernikahannya? Aish, bocah ini …”, omel Jiyoung oppa.

Aku hanya tersenyum melihat pertengkaran kecil mereka. Namun, sejenak senyumku menghilang ketika pandangan mataku berpindah ke Youngbae oppa yang terlihat masih membaca tulisan di dalam undangan yang dipegangnya.

                “Oppadeul .. kalian harus berjanji, untuk datang di hari bahagiaku nanti. Kalian semua, tanpa terkecuali ..”, ucapku serius sembari terus menatap Youngbae oppa yang kini juga melempar tatapan kearahku. Tak lupa, aku pun tersenyum kearahnya. Hhh .. Tuhan, kuharap kali ini dia akan baik-baik saja.

-**-

                Selesai membagi-bagikan undangan ke YG, aku berinisiatif untuk berkunjung dan membawakan makan siang untuk para member Super Junior yang kebetulan hari ini jadwal mereka sedang kosong, mungkin hanya Siwon oppa saja yang sibuk syuting iklan di Malaysia.

Setelah membeli makan siang aku melajukan mobilku menuju dorm mereka. Dan sesampainya disana, aku disambut oleh Shindong oppa yang memelukku erat diikuti member yang lainnya seperti Kyuhyun oppa, Sungmin oppa, Kangin oppa, Wookie oppa dan Hyukjae oppa.

                “Selamat datang, calon adik ipar!”, pekik mereka sambil berjoget-joget aneh.

Aku tertawa geli melihat tingkah mereka, “Ya! Hentikan. Di usia kalian yang tidak lagi muda kenapa tetap bertingkah seperti anak kecil? Ini aku bawakan makan siang untuk kalian”.

Hyukjae oppa dan Shindong oppa langsung berebut kantung berisi makanan yang kupegang. “Aigo, calon adik ipar sangat pengertian. Kau pasti kesini mau bertemu dengan Donghae kan? Itu dia ada di kamar, sepertinya tertidur”, ucap Kyuhyun oppa.

                “Hm? Tertidur?”, tanyaku bingung. Bagaimana bisa manusia itu tertidur di siang hari seperti ini.

                “Ne, sudah tiga malam ini dia sulit tidur. Katanya tidak sabar menunggu hari pernikahan kalian berdua”, sahut Shindong oppa sambil mengunyah pizza yang kubawa tadi.

Aku mendengus pelan mendengarnya. Bocah itu … benar-benar bodoh. Kalau tidak sabar, kenapa sampai tidak bisa tidur? Harusnya kan dia tidur yang cukup dan menjaga stamina agar tidak jatuh sakit saat hari H nanti.

                “Masuk saja ke kamarnya, Young. Sejam yang lalu, dia masih memakai baju kok”, ledek Kyuhyun oppa yang tidak kutanggapi karena langsung bergegas masuk ke kamar siluman ikan itu.

Begitu masuk ke dalam, aku tidak bisa melihat apapun karena ruangan ini gelap dan jendelanya tidak dibuka sama sekali. Ah, Lee Donghae idiot~

                Kucari-cari saklar dan langsung menyalakan lampu. Namun tetap saja manusia ikan itu bergeming dari posisinya memeluk boneka Nemo berukuran besar hadiah dariku. Aku pun beralih membuka gorden jendela agar cahaya matahari sedikit banyak bisa masuk, dan usahaku tampaknya sia-sia. Donghae bagaikan putra tidur yang sama sekali tidak tampan!

                “Ya~ ireona .. Hae-ya!”, kutepuk pelan pundaknya satu kali. Tidak ada respon. Kutepuk lagi lebih keras, dan tiba-tiba dia bangkit dari posisi tidurnya dan mendorong tubuhku ke kasur dengan posisi kini dia berada diatasku dan aku dibawahnya.

                “Jangan rebut calon istriku!”

Kedua mata sendunya terlihat memerah dan nafasnya memburu. Bisa kurasakan keringat dingin muncul dari pori-pori kulitnya.

A-apa .. dia marah padaku? Apa maksud perkataannya barusan?

                “H-hae …”, cicitku ketakutan. Oh, Eomma .. biarpun dua hari lagi kami akan menikah, aku tetap tidak ingin dia menghamiliku lebih dulu. Tolong Tuhan .. lindungi aku …!

Kulihat dia mengerjapkan matanya, lalu membelalakkan matanya. “Aigo!”, pekiknya sambil menghela nafas dalam-dalam dan membalikkan badannya lalu berbaring disebelahku.

                “K-kau kenapa? Siapa yang mau merebut calon istrimu?”, tanyaku bingung bercampur ketakutan.

Donghae memejamkan matanya sejenak dan berusaha mengatur nafas, “Yeobo .. mianhae. Kau ketakutan ya?”.

                “Sedikit. Wae?”

                “Sepertinya aku mimpi buruk. Aku bermimpi saat hari pernikahan kita, ada yang menarik dan mengajakmu pergi menjauhi altar ..”

                “Lalu ..?”

Kutopang dagu sambil menatap kearah pria itu. Sepertinya aku akan suka mendengar cerita dari mimpi calon suamiku ini.

                “Lalu apa? Ya kau pergi meninggalkanku, dan aku berusaha mengejar pria yang membawamu pergi , lalu ketika aku berhasil menarik tangannya, tiba-tiba yang kulihat wajahmu”, cetusnya.

                “Lain kali, saat malam hari kau harus tidur. Jangan hanya karena stress memikirkan rencana pernikahan kau jadi tidak memperhatikan kesehatanmu”, ujarku sambil membelai rambut hitamnya.

                “Hmm ..”, sahutnya sambil tersenyum dan meletakkan tangan kanannya di pipiku. Ah, senyum favoritku!

                “Yeobo, kau harus janji satu hal padaku. Ah, ani .. dua hal ..”, pintanya.

                “Apa?”

                “Katakan dulu kalau kau akan berjanji untuk calon suamimu yang tampan ini”    

                “Hmmm~ aku akan berjanji untuk calon suamiku yang tidak tampan tapi seksi ini”

Dia menjawil hidungku pelan lalu merangkul pinggangku, “Saat pernikahan kita nanti, jangan pergi melarikan diri. Jangan tergoda laki-laki lain. Harus tetap berada disampingku hingga janji pernikahan sehidup semati itu diucapkan dihadapan Tuhan dan, harus menciumku duluan. Durasi ciuman kita nanti harus tiga menit”.

Spontan aku langsung memukul dadanya, “Ya !! Kau tadi bilang aku hanya diminta untuk berjanji dua hal, tapi kenapa sebanyak itu? Dan apa? Aku yang harus menciummu lebih dulu? Dan durasinya tiga menit ?? Menikah saja sana dengan Bada!”.

                Aku berusaha melepas rangkulannya di pinggangku untuk membebaskan diri, namun dia semakin menarik tubuhku mendekati tubuhnya dan dia tertawa sangat puas. Sial!

                “Lepaskan aku. Kau sana cepat makan, aku sudah membawakan makanan untukmu juga”, ketusku.

                “Aigo, kau marah? Ya~ tadi kan hanya bercanda. Kalau kau berencana menciumku selama satu jam juga aku tidak keberatan, sayang~ Hahahaha”

Donghae kembali tertawa ketika aku meliriknya sinis. “Bodoh!”, bisikku geram.

                “Mwo?”

                “Bodoh! Lee Donghae bo- ..”

Sepertinya Donghae tidak mengijinkanku untuk melanjutkan kata-kata barusan. Buktinya, dia sudah lihai membungkam mulutku dengan ciumannya yang panas dan memabukkan. Dia menggigit bibir bawahku agar lidahnya dapat bertaut dengan lidahku. Sungguh, aku sangat merindukan ciumannya. Dan rasa rindu yang menggebu ini seolah membuatku lepas kendali. Lidah, bibir, bahkan aroma tubuh pria ini terlalu menggodaku. Aku tidak bisa menolak semuanya. Ahh, jeongmal ..

                “Ya ..!”

                Ciuman panas kami pun terlepas tiba-tiba ketika mendengar suara protes dari seorang Cho Kyuhyun yang kini sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka. Aku langsung bangkit dari posisiku yang menindih Donghae dan merapikan rambut serta bajuku yang sempat berantakan akibat ulah pria ini.

                “Kalian dua hari lagi akan menikah, tidak bisakah menahan nafsu kalian sebentar lagi saja? Aigo .. untung aku yang masuk, bukan Hyukkie hyung. Bisa-bisa adegan kalian tadi di dokumentasikan olehnya”, si evil magnae itu terlihat tertawa kecil.

                “Kau mengganggu saja”, gerutu Donghae dan langsung kupukul lengannya.

                “Sebelum iblis sepenuhnya menguasai kalian berdua, sebaiknya kalian keluar kamar dan ikut makan siang dengan kami. Ppali”, ajak Kyuhyun.

Aku segera turun dari tempat tidur dengan kepala tertunduk malu dan bergegas keluar kamar dengan Donghae dibelakangku.

                “Dua hari lagi kita harus melanjutkannya. Lebih panas dari ini …”

                “Ya !!”

*to be continued*

We Meet Again …

 

Image

Keadaan Seoul tidak ada yang berubah setelah sekitar enam bulan lamanya kutinggalkan. Mungkin hanya ada sedikit perubahan cuaca dan … situasinya mungkin?

Pandangan kedua mataku terus menyusuri sisi jalan yang hari ini tidak terlalu disesaki oleh banyak orang. Hari libur, aku sendiri tidak akan heran. Kedua sudut bibirku terangkat keatas ketika melihat seorang gadis kecil berpipi tembam yang dengan lincahnya ikut berlari-lari kecil bersama kedua orangtuanya. Namun tiba-tiba saja, aku sedikit dikejutkan dengan berhentinya mobil yang kutumpangi secara mendadak.

                “Waeyo?”, tanyaku pada manager unnie.

                “Ada rombongan penggemar yang memenuhi jalan. Sepertinya mereka sedang berusaha untuk mengikuti van Dong Bang Shin Ki yang baru saja jalan”

Van Dong Bang Shin Ki? Rombongan pengemar? Bagaimana bi- …

Sontak, aku hanya menahan nafas kaget saat baru menyadari bahwa ternyata mobil yang kunaiki ini berhenti tepat di samping gedung SM entertainment.

                “Ish aigo .. bagaimana bisa mereka berkumpul seperti ini? Menyusahkan orang lewat”, selagi manager unnie mengomel, aku hanya bisa terdiam. Entahlah .. aku tidak amnesia. Aku masih bisa mengingat dengan jelas siapa yang pernah kutemui disini.

                “Unnie, bisakah kita pergi darisini lebih cepat? Kepalaku pusing, ingin istirahat”, pintaku pada manager unnie. Meski kenyataannya kepalaku tidak terasa pusing atau apapun itu. Aku hanya ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini sebelum … seseorang itu muncul.

                “Haishh .. kurasa aku harus turun dan memarahi mereka, atau melakukan protes ke SM”, kulihat manager unnie sudah bersiap melepas safety beltnya dan hendak turun dari mobil.

                “Ah, unnie .. kenapa tidak sebaiknya kita lewat jalan lain? Bukankah dorm kita bisa ditempuh dengan jalan pintas?”

Sesuai harapanku, manager unnie pun mengurungkan niatnya untuk turun dan kembali melajukan mobil kearah lain. Syukurlah ..

                “Riyoung-ya, kau lapar? Mau membeli makanan dulu?”, tanya manager unnie. Aku hanya menggeleng pelan. “Kalau begitu, tunggu disini sebentar ya. Aku membeli kopi dan makanan di Twosome dulu”.

Manager SEASONS itu kemudian memarkirkan mobilnya di dekat Twosome café milik Siwon oppa ..? Kenapa harus disini?

Aku tidak bisa lagi melayangkan aksi protesku karena manager unnie sudah turun dan memasuki café yang kudengar baru saja dilaunching ini. Oh tidak .. think positive Riyoung-ah, dia tidak mungkin kesini.

Dan tiba-tiba saja ponsel di genggaman tanganku ini bergetar menerima satu panggilan masuk dari nomor yang tidak kukenal.

Siapa? Nomor Korea, itu berarti tidak mungkin teman-teman atau rekan kerjaku selama di Amerika. Mungkinkah dari kantor?

                “Yoboseyo ..”, dengan suara pelan kujawab panggilan itu. Namun yang membalasnya hanya suara pria yang berdehem.

                “Yobose- …”

                “Riyoung-ah …”

Tenggorokanku seperti tercekat ketika mendengar suaranya yang serak. Padahal aku selalu berharap untuk tidak lagi mendengar suaranya, atau bertemu dengannya sejak kejadian malam itu.

                “Kau sudah kembali ke Korea? Bogoshipeo …”

Suaranya, kalau boleh jujur aku sangat merindukan suara ini. Amat sangat merindukannya, tapi .. beberapa bulan lalu aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk pergi jauh dari kehidupannya.

                “Bisakah kita bertemu? Sebentar saja”, suara ini terdengar sangat memohon dan mampu membuat lidahku kelu.

                “Tolong jangan katakan tidak, Riyoung-ah. Kumohon ..”

Cairan bening mulai menyelimuti kedua bola mataku sehingga pandanganku sedikit kabur. Tanganku bergetar. Ya Tuhan …

                “Ne ..”, jawaban singkat itu mengalir begitu saja dari mulutku.

                “Nanti malam bisakah kita bertemu di restoran milik Dongwook hyung? Pukul sembilan ..”

Aku tidak menjawab dan langsung menutup teleponnya. Airmataku bisa mengalir lebih deras lagi kalau semakin lama memberikan dia kesempatan untuk bicara.

-**-

                Tinggal di Amerika selama enam bulan lamanya untuk syuting serial televisi disana tidak membuatku melupakan member SEASONS yang lain. Aku bahkan membelikan mereka oleh-oleh. Syukurlah, perusahaan terutama sajangnim selalu memberi pengertian kepada mereka bahwa aku berangkat kesana demi nama SEASONS juga.

                “Enam bulan di Amerika, beratmu belum naik juga”, celetuk Jenny unnie sambil membuka hadiah ulang tahun yang kubawakan. Aku hanya tersenyum tipis. Vokalis utama yang satu ini ternyata masih tetap sibuk memperhatikan berat badanku bahkan sejak awal menjadi trainee.

                “Unnie, apa kau sudah bertemu dengan Donghae oppa? Sejak kau pergi ke Amerika, dia tidak berhenti datang kemari mencarimu”, ucapan itu keluar dengan polosnya dari seorang Yuki dan mampu membuatku tutup mulut.

Kulihat Kimmy unnie memukul pelan lengannya lalu mengisyaratkan sesuatu. Aku tahu apa artinya.

                “Tapi sudah beberapa minggu ini dia tidak pernah mencarimu lagi, kau tenang saja Young”, timpal member tomboy itu. Aku tahu dia berbohong. Karena aku tahu betul, pria itu untuk urusan mencariku, tidak akan berhenti atau menyerah sekalipun.

                “Kau bagaimana dengan Hyukjae oppa? Baik-baik saja?”, tanyaku to the point. Aku sengaja menanyakan hal ini padanya untuk mengalihkan pembicaraan, tapi terselip juga rasa penasaran apa yang terjadi diantara mereka setelah skandal selca ‘bangun tidur’ Hyukjae oppa bersama Jieun terkuak ke media.

Mendadak raut wajah Kimmy unnie mulai tidak mengenakkan. Dia terlihat sebal namun tetap stay cool dengan gayanya, “Kau pasti tahu, sejak saat itu aku sudah tidak menghubunginya lagi. Bertemu saja aku muak”.

Sejenak, ruangan ini menjadi hening dengan jawaban Kimmy unnie. Aku tahu bagaimana sakitnya dia, tapi tidakkah dia mau memberikan dancing machine itu kesempatan?

                “Oh my … sudahlah, kenapa mendadak sepi begini? Cepat rapikan barang-barang kalian dan buka di kamar masing-masing. Riyoung-ah, malam ini kau menginap disini kan? Aku sudah merapikan kamar untukmu”, Kimmy unnie kembali terlihat ceria dan masuk ke dalam kamar.

                Malam pun tiba, aku yang semula tertidur di kamar langsung buru-buru bangun dan melihat jam. Sudah pukul sembilan kurang lima belas menit, aigo … selama itukah aku tidur? Pintu kamar tiba-tiba terbuka dan kulihat ada si magnae yang datang sambil membawakan nampan berisi makan malam.

                “Unnie sudah bangun? Ayo makan dulu ..”

                “Eung, tidak usah. Aku masih kenyang karena makan banyak tadi siang.  Lagipula aku harus bersiap untuk pergi”

                “Unnie mau kemana? Pulang? Bukankah malam ini menginap di dorm?”

                “Ani .. aku ada janji dengan seorang teman. Pukul sepuluh kupastikan aku akan pulang kemari ..”

Aku melempar senyum tipis kearah Yuki dan langsung melesat keluar kamar. Udara malam diluar cukup dingin sehingga membuatku harus mendekap erat jumper yang kukenakan.

                “Ahjussi, tolong antarkan aku ke restoran Yeolbong”, ucapku pelan pada si supir taksi. Beliau pun langsung melajukan taksinya menuju tempat yang kutuju. Ah .. jantungku berdegup kencang.

Pikiranku menerawang jauh. Entah apa yang akan kukatakan nanti jika bertatap muka dengannya lagi setelah sekian lama.

Lee Donghae, mengapa kita bertemu lagi …?

                Tidak perlu menunggu waktu lama, taksi yang kutumpangi pun sampai tepat di depan restoran milik Dongwook oppa. Sedikit aneh ketika kulihat ke dalam tidak begitu banyak pengunjung yang datang. Kulangkahkan kakiku perlahan sambil melempar pandangan mencari orang yang membuat janji denganku.

Kurasakan ponsel yang kuletakkan di dalam saku bergetar karena menerima satu panggilan telepon. Tanpa banyak berpikir langsung kujawab, “Yeob- ..”

                “Meja nomor lima dari sebelah kanan. Tepat di dekat jendela. Aku ada di sana ..”, suara lembut yang nyaris terdengar lirih itu perlahan memenuhi indera pendengaranku.

Tatapanku langsung tertuju tepat ke tempat yang dia sebutkan tadi. Dan ya, benar saja ada seorang pria duduk dengan topi yang nyaris menutupi bagian atas wajahnya terlihat duduk dengan tenang sambil melempar pandangannya kearah jendela.

               Dengan langkah ragu, aku menghampirinya. “Maaf sudah membuatmu menunggu lama ..”, ucapku pelan. Perlahan, dia menoleh dan menatapku dengan kedua mata sendunya yang .. ah, sudah berapa lama aku tidak melihatnya

                “Gwenchana. Silahkan duduk ..”, dengan ucapan formal dia mempersilahkanku duduk di kursi kosong yang berada di depannya.

                “Ingin pesan sesuatu?”, lagi, dengan sangat formal dia bicara padaku. Dan jujur saja, aku tidak merasa senang diperlakukan seperti ini. Memangnya kami baru saja berkenalan?  Bodoh!

Aku hanya menggeleng kesal demi menjawab pertanyaannya barusan. Lagipula aku kemari bukan untuk makan berdua dengannya.

                Setelah pertanyaan-pertanyaan dengan bahasa yang formal dia ajukan, kami berdua mulai mengunci rapat mulut masing-masing seolah tidak ada yang berani memulai pembicaraan.

                “Apa kabar?”, tanyanya tiba-tiba (-masih dengan bahasa yang formal)

Aku menghela nafas sejenak, “Baik-baik saja. Dan .. ah ya, Hae-ah .. bisakah kau berhenti menggunakan bahasa formal padaku? Kita sudah saling mengenal sejak lama, bukan?”.

                “Jadi menurutmu, kita hanya saling mengenal sejak lama? Saling mengenal, hm?”

Kini giliran aku yang bungkam. Ucapan pria ini barusan seolah memberikan penekanan pada kata ‘saling mengenal’. Okay, aku salah …

                “Ada yang ingin kau katakan, nona Virginia Choi …? Seorang anggota dari idol group tersukses di hampir seluruh dunia dan bahkan sekarang sudah terkenal sebagai aktris muda kebanggaan Korea ..”

Kedua mataku menatapnya tajam sehingga Donghae berhenti bicara dan balik menatapku. “Itukah alasan kenapa kau meninggalkanku begitu saja ..?”. Ucapan pria ini cukup menamparku dan berhasil membuatku kembali diam.

                “Karirmu solomu semakin menanjak, menjadi idola internasional, dan kurasa kau sudah meraih cita-citamu …”

                “Donghae-ya …”

                “Dan kau melupakanku begitu saja ..? Ah .. ani, bahkan kau mencampakkanku demi cita-citamu. Kau mencampakkan sebagian dari masa depanmu. Kau meninggalkanku, mengingkari janjimu … lalu .. apalagi … ??”

                “Hae …”

                “Kau mencari pria lain yang sesuai dengan kriteriamu saat ini. Pria bule yang tinggi, kaya, tampan … tapi apa dia mampu membuatmu bahagia? Apa dia memperlakukanmu dengan baik seperti aku memperlakukanmu ??”

                “Lee Donghae ..!”

Refleks, aku meraih kedua tangan pria dihadapanku ini dan menggenggamnya dengan erat. Pertahananku goyah. Hatiku terasa sakit ketika mendengarnya bicara seperti itu. Airmataku nyaris turun, tapi sebisa mungkin kutahan.          

                “Hentikan …”, lirihku. “Kumohon, jangan dilanjutkan …”.

                Donghae tertunduk. Sekuat apapun usahanya untuk bersikap keras padaku, dia akan selalu gagal. Dan benar saja, kulihat airmatanya mulai menetes. Namun kurasakan kini giliran tangannya menggenggam erat tanganku.

                “Mianhae … jeongmal mianhae …”, bisikku. Dia menggeleng, dengan wajah yang penuh dengan airmata, dia kembali menatapku, “Jangan meminta maaf jika kau tidak bisa kembali ..”.

Kugigit bibir bawahku dengan keras –berusaha menahn tangis- tapi tetap saja airmata itu mengalir dengan mulus dan semakin menunjukkan bahwa aku adalah wanita yang lemah.

                “Mwo? Kau tidak akan bisa kembali, bukan?”, kini Donghae mulai menggenggam erat kedua pergelangan tanganku. Bahkan terlalu erat sampai ada rasa sakit yang muncul.

                “Jawab aku, Riyoungie .. kau tidak akan bisa kembali ?? Kau hanya datang untuk mengucapkan salam perpisahan dan setelah itu kembali mencampakkanku seperti sampah ?!”

Aku menggeleng dan memejamkan kedua mata. Berharap Donghae menghentikan ucapan-ucapannya barusan.

Ya, aku akan pergi lagi .. tapi tolong jangan membenciku seperti ini ..

                “Aku tidak mencampakkanmu, Lee Donghae …”, lirihku dengan suara yang nyaris tak terdengar.

                “Lalu apa yang kau lakukan padaku selama enam bulan ini ?? Apa kau sadar? Kau meninggalkanku tanpa ada kabar yang pasti. Kau mengganti nomor ponselmu, tidak pernah lagi menghubungiku dan aku hanya bisa tahu kabarmu selama di Amerika melalui internet dan berita di televisi. Kau tega …”

                “Hae …”

                “Kau lupa dengan janjimu sendiri? Apa ini yang namanya tidak akan lagi meninggalkanku? Apa ini yang namanya akan selalu bersamaku ?? Bullshit!”

Aku menangis tertunduk. Aku tidak peduli lagi jika ada yang melihat atau mendengar suara isakan tangisku. Sakit .. sungguh sakit mendengar pria yang masih begitu kau cintai bicara sekasar itu padamu.

               
                “Hae .. keumanhae. Lepaskan aku .. sakit ..”, lirihku lagi dan berharap pria ini melepaskan genggaman tangannya yang sudah mulai membuat pergelangan tanganku memerah.

                “Jika kulepaskan, kau akan pergi lagi. Meninggalkanku ..”, jawabnya dingin namun dengan airmata yang tidak berhenti menetes.

Dia emosi, aku tahu itu.

                “Jebal, Hae … sakit ..”, pintaku memohon. Dia menatapku, dan perlahan genggamannya mengendur. Dan tidak lagi kurasakan rasa sakit disekitar sana. Namun efeknya, kedua pergelangan tanganku memerah dan aku yakin itu akan meninggalkan bekas.

                “M-mianhae …”, pria dihadapanku ini terlihat sangat menyesal sambil menyeka wajahnya dengan tangan lalu beranjak pergi dari tempat duduknya.

                “Hae ..”, panggilku. Tapi dia tidak berhenti, melainkan tetap berjalan meninggalkanku dan keluar dari restoran ini. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengejarnya. Bahkan aku ikut masuk ke dalam mobilnya.

                “Kau mau kemana? Bukankah kita belum selesai bicara?”, tanyaku.

Dia hanya diam dan sedikit pun tidak melihat kearahku. Dipasangnya sabuk pengaman dan bersiap menyalakan mesin mobil. “Donghae-ya … jebal, jangan seperti ini padaku. Aku takut …”, ucapku sambil kembali menahan tangis.

                “Turunlah dan pulang. Pembicaraan kita cukup sampai disini. Hubungan kita sudah selesai, bukan? Aku tidak akan mengganggu hidup dan karirmu lagi. Jaga diri baik-baik ..”, dengan sikap dingin dia bicara dan tanpa ada keinginan untuk menatapku sama sekali. Dan itu semakin membuatku ingin menangis.

                “Hae-ya .. don’t do that. Aku tidak ingin semuanya selesai begitu saja. Katakan apa yang harus kulakukan, Hae .. Marhaebwa!”

Kudengar helaan nafasnya yang berat, bahkan kedua matanya terpejam sejenak. Dan sekali lagi, aku sangat takut dengan sikapnya yang seperti ini.

                “Hae ..”

                “Menikahlah denganku. Secepatnya …”

Aku terperangah ketika mendengar ucapan Donghae barusan. M-menikah? Secepatnya? Tapi …

                “Wae? Sudah kuduga kau akan menolak”, pungkasnya sambil tersenyum kecut.

                “Hae, jangan gila. Untuk yang satu itu kita tidak akan bisa melakukannya dalam hal dekat. Apa kau lupa? Kita sama-sama terikat kontrak dengan perusahaan. Sajangnim tidak akan membiarkanku menikah di usia muda ..”

                “Aku yang akan bicara padanya jika kau mau. Dan aku yang akan menjadi jaminanmu. Aku yang akan bertanggung jawab”

                “Hae, tapi ..”

                “Aku tidak akan memaksamu. Jika kau tidak mau, aku akan menjauhimu selamanya. Dan kuharap aku bisa melakukan hal itu”

Aku terdiam tanpa menjawab apapun. “Aku akan mengantarmu pulang”, ucapnya pelan.

*000*

                Permintaan Donghae untuk menikahiku ternyata disambut amat sangat baik oleh kedua orangtuaku. Bahkan mereka terlihat sangat senang dengan keputusan Donghae yang dianggap cukup tegas itu.

                “Jadi kapan pernikahannya? Eomma akan menghubungi Natalie ssi untuk membuatkan rancangan gaun dan jas pengantin khusus untukmu bersama Donghae ..”, ucapan Eomma membuatku nyaris tersedak.

                “Oh? Unnie dan oppa akan segera menikah? Kapan ?? Kenapa aku baru tahu?”, tanya Riyeon penasaran.

                “Eomma, aku belum menyetujui pernikahan ini ..”, sahutku pelan.

                “Kenapa belum? Jangan katakan kalau kau butuh waktu untuk berpikir. Aish, baboya! Donghae hanya mengajakmu menikah, bukan menyuruhmu untuk menjawab pertanyaan ujian masuk universitas, jadi untuk apa berpikir terlalu lama?”

                “Eomma …”

                “Mwo? Kau takut dengan Yang Hyunsuk? Sudah, hal itu bisa diatur. Apalagi yang kau takutkan, hm ??”

                “Eomma …!”

                “Sudah, jangan terlalu banyak berpikir, bisa-bisa wajahmu itu muncul banyak keriput. Sudah habiskan makan malammu”

-00-

                “MWOYA ?? KAU DAN DONGHAE OPP- .. hmmpphh!”, aku langsung buru-buru membungkam mulut Kimmy unnie dengan kedua tanganku sekuat tenaga. Haissh! Kenapa orang-orang disini sangat sulit menjaga rahasia ?!

                “Lepaskan!”, omelnya setelah berusaha melepas bungkaman tanganku.

                “Jangan keras-keras!”

                “Aku hanya terkejut. Kau .. sedang tidak bercanda kan? Ini bukan April mop kan ??”

                “Ish unnie! Untuk apa aku bercanda soal pernikahan ?! I’m serious!”

                “Kapan kau akan menikah?”

                “Molla .. sampai saat ini Donghae masih belum menghubungiku lagi. Kuharap dia lupa dengan rencana busuk ini ..”

                “Aish, babo! Menikah itu bukan rencana busuk. Tapi, bagaimana dengan sajangnim? Dia setuju?”

                “Untuk urusan itu, aku tidak diperbolehkan untuk memikirkannya. Donghae dan Eomma bilang kalau mereka yang akan mengurusnya. Haaaah, eohttokhae ?? Aku bingung. Aku tidak ingin menikah secepat ini!”

Kimmy unnie malah menoyor kepalaku dengan keras, “Harusnya kau merasa beruntung karena Donghae oppa benar-benar serius denganmu. Sudah, terima saja ajakannya untuk menikah, lalu setelah itu berikan aku keponakan yang banyak”. Aku mendengus sebal, “Keponakan yang banyak? Kau pikir aku kucing!”.

                Memikirkan soal pernikahan yang serba mendadak ini membuat kondisi sedikit drop. Aku jadi tidak enak untuk makan, tidur maupun melakukan kegiatan lain. Bahkan sudah seminggu ini aku bolos gym bersama HwangSsabu-nim.

Oia, dan bahkan .. sudah satu minggu ini Donghae tidak menghubungiku. Ehm, kuharap dia membatalkan rencana pernikahan gila ini.

                “Noona ..! Riyoung noona! Donghae hyung datang”, teriak Rinho dari luar kamar. Aish, anak itu! Semenjak putus hubungan dengan Jinri hobi teriak-teriaknya semakin menjadi saja.

Eh? Apa katanya tadi? Donghae datang? Ah, kesempatan ini akan kugunakan untuk berunding mengenai rencana pernikahan gilanya itu. Aku harus bisa membujuk siluman ikan itu agar mau membatalkan pernikahan kami. Ya, aku harus …!

                “Ne, Eommonim .. aku sudah bicara dengan Abeonim di telepon dan beliau sangat senang dengan rencana pernikahan ini. Mungkin sekitar dua minggu lagi kami akan melangsungkan pernikahan ..”, suara Donghae terdengar bahagia dan bahkan saat ini aku bisa melihat dengan jelas mimik wajahnya mirip seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan sepeda baru.

                “Bagaimana, yeobo? Kau pasti setuju kan? Pernikahan kita akan dilangsungkan dua minggu lagi”, kali ini dia sudah menyadari keberadaanku yang sedang mematung sambil menatap bingung kearahnya bersama Eomma di ruang tamu.

                “A- ..”

                “Aku ingin pesta yang meriah, tapi Riyoung ingin perayaan sederhana yang hanya mengundang keluarga besar dan teman dekat. Jadi, aku mengikuti keinginan calon istriku”

Aku melempar tatapan penuh protes kearah ikan Mokpo itu. Yang benar saja, darimana dia dapat semua kata-kata itu? Bahkan aku tidak pernah diberi kesempatan sama sekali untuk bicara!

                “Jeongmal ?? Aishh, kenapa kau selalu ingin hal-hal yang sederhana? Youngie dengar ya, pernikahan ini hanya akan terjadi satu kali dalam seumur hidupmu, jadi kau harus memanfaatkannya dengan baik. Rayakan pesta pernikahanmu yang sangat meriah. Kalian berdua juga harus mengenakan gaun dan jas pengantin karya desainer terkenal. Haah … Eomma bisa membayangkan betapa cantiknya kau saat itu”, ucap Eomma panjang lebar dengan ekspresi yang menyebalkan.

                “Tapi, Riyoungie tetap cantik saat mengenakan apapun, Eommonim”, sergah Donghae dibarengi dengan lirikan genit matanya dan tidak lupa dia memberikan kedipan mata ala ahjussi-ahjussi yang haus akan belaian remaja perempuan.

                “Ah, ya sudah. Kau kemari, temani calon suamimu. Silahkan bicarakan rencana pernikahan kalian. Masih banyak yang harus Eomma kerjakan”, Eomma pun berlalu masuk ke dalam ruang kerjanya meninggalkanku dan Donghae berdua di ruang tamu.

                “Wae? Sini duduk disebelahku”, Donghae menepuk tempat kosong di sebelah sofa yang dia duduki, namun aku hanya diam memandang kesal kearahnya.

Dan tiba-tiba dia bangkit berdiri lalu menarik pergelangan tanganku yang masih terasa nyeri dan memar akibat perlakuannya minggu lalu. “Ah ..!”, pekikku pelan.

                “Waeyo?”

Tanpa menjawab pertanyaannya, kurasa dia sudah tahu apa yang terjadi dengan tanganku. “Ini ..?”, tanyanya menggantung sambil memegang pelan pergelangan tangan kananku. Aku hanya mengangguk, “Jangan menariknya terlalu keras, masih terasa sakit dan kau lihat kalau itu memar kan”.

                Donghae hanya tertunduk diam sambil mengelus pelan tepat diatas kulitku yang memar, “Duduk disini”, ajaknya. Aku pun menuruti ucapannya dan kami kini duduk bersebelahan dalam posisi dia tetap masih memegang tanganku namun kali ini lebih lembut.

                “Mianhae”, bisiknya tanpa melihat kearahku.

                “Hmm?”

                “Mianhae .. Tidak seharusnya aku bersikap kasar seperti ini padamu”

                “Ah, gwenchana~ Aku baik-baik saja, lagipula ini tidak terlalu sakit. Hanya saja, kau kan tahu kalau kulitku memang mudah memar”

                “Ani. Lain kali, aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi seperti ini. Dan jika aku lupa, tolong ingatkan aku”

Dia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan tatapan penuh penyesalan. “Hae ..”, ucapanku terputus ketika dia mengisyaratkanku untuk tidak mengatakan hal apapun.

                “Bukankah kau punya obat penghilang memar?”, tanyanya.

                “Ne, ada di kotak obat”

                “Kotak obat yang di dekat dapur?”

                “Hm”

                “Tunggu sebentar. Aku tidak akan lama. Kau jangan kemana-mana”

                “Arasseo ..”

                Pria yang tahun ini berusia 27 tahun itu (secara internasional) langsung bergegas menuju dapur. Lee Donghae. Dimataku, dia tetap sama. Bahkan cintaku untuknya akan tetap selalu sama. Ah, ani .. bahkan kian hari kian bertambah!

                “Gotcha!”, dia muncul secara tiba-tiba dengan membawa kotak obat di tangannya.

Aku hanya melempar senyum tipis ketika dia mulai mengoleskan obat penghilang memar yang berbentuk gel itu ke pergelangan tanganku. “Ya~ neo michyeosseo ?”, tanyanya. Aku kembali tersenyum bahkan kali ini lebih lebar.

                “Hae-ah ..”, panggilku.

                “Hmm ..”, sahutnya sembari fokus mengoleskan obat ke tanganku, tapi sialnya dia tidak menatapku.

                “Hae-ah ..”

                “Hmm ..?”, lagi, dia tetap tidak menatap kearahku.

                “Yeobo ..”, panggilku agak keras.

Kulihat, dia terdiam ketika mendengar panggilanku barusan, dan langsung menatap lurus kearahku. “Thanks for loving me until now”, ucapku sambil tertawa kecil karena melihat ekspresi bodohnya. Hahahaha! Sangat bodoh!

                “Heh ??”, dia terlihat bingung.

                “Hm ?? Hahahaha … babo! Donghae babo~”

                “Ya! Coba katakan sekali lagi ..”

                “Katakan apa? Donghae babo?”

                “Ish! Bukan! Yang barusan saat kau memanggilku, sayang~”

                “Hm? Yang mana?”

                “Yang itu … setelah kau memanggil, ‘Hae-ah ..’ yang ituuuuu, setelahnya~”

                “Hm? Yang mana? Aku lupa, sayang~ Hahaha”

                “Aish, yeobo! Kau menyebalkan”

                “Hah? Mwo ?! Aku cantik? Memang, Hae. Aku sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Im Yoona~ hahahaha~”

                “Ish! Aku akan menikahimu besok!”

                “Ya! Ancaman macam apa ittu ??”

                “Biar saja!”

                “Ya! Lee Donghae marah? Ikan Mokpo marah padaku? Hahahaha~”

                “Choi Riyoung! Haish ..”

 

*to be continued*

Dance with Love [part 1]

page

“Hari ini kemungkinan aku akan datang terlambat. Dosenku payah, terlalu banyak pembahasan yang berbelit. Sampaikan permintaan maafku pada bos”

Ah, arasseo~ Nanti akan kusampaikan, jangan khawatir bos pasti tidak akan marah padamu. Hehehehe ..

Aku pun menyudahi percakapan dengan temanku melalui telepon dan bergegas keluar dari toilet. Kulirik jam dengan merk ternama yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Tiga puluh menit lagi dan sialnya si tua bangka yang keriput itu seolah tidak ingin membiarkan mahasiswanya pulang dengan bahagia.

Dengan berat, kulangkahkan kaki menuju kelas yang terletak tidak jauh jaraknya dengan toilet. Dan begitu sampa di sana, aku kembali duduk sambil sesekali memperhatikan dosen yang hampir membuatku sakit mata itu.

Setengah jam lagi, aku akan kembali bekerja.

Saat-saat terkekang dengan dosen membosankan di kampus pun berakhir. Dan kesempatan itu langsung kugunakan untuk segera berangkat menuju tempat kerjaku.

Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku selesai kuliah langsung bekerja, dan tentunya kalian pasti ingin tahu apa jenis pekerjaan yang kugeluti saat ini. Oh ya, aku terlalu percaya diri.

Tanpa kusebut, kalian pasti nantinya akan tahu sendiri siapa namaku. Dan aku bekerja sebagai striper di sebuah club ternama di daerah Gangnam. Aku menjalani profesi ini sudah selama dua tahun. Bahkan selama dua tahun itu, Eomma dan kedua adikku yang tinggal di desa sama sekali tidak kuberitahu. Aku terlalu takut untuk melakukannya. Biarlah, selama pekerjaan ini masih bisa memberiku sejumlah uang yang cukup untuk membiayai kuliah dan menghidupi mereka.

Appa sudah lama meninggal karena sakit keras dan mau tidak mau sebagai anak pertama, tanggungan hidup Eomma dan kedua adikku harus kupikul sendiri. Awalnya aku bingung harus melakukan pekerjaan apa, karena aku sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk bekerja di kantor-kantor yang kata orang upahnya sedikit menjanjikan. Sedangkan aku sendiri tidak pernah memiliki impian untuk menjadi wanita karir yang memakai rok diatas lutut, blazer dengan wajah penuh make-up yang setiap pagi harus dengan setia menyambut pria tua berdasi dengan panggilan ‘bos’.

Ya, aku tidak seperti gadis kebanyakan. Aku hanya punya satu mimpi, menjadi seorang penari. Karena hobiku menari, dan jiwaku hanya untuk itu. Hingga akhirnya, ada seorang teman yang mengajakku ke tempat ini. Mengenalkanku pada pemilik club, dan menjadikanku sebagai salah satu penari striptease di sini. Hm, memang kenyataan selalu jauh dari harapan. Entah apa ini yang dimaksud dengan cita-citaku. Tapi yang jelas hingga saat ini, setiap kali aku naik ke stage dan memulai aksiku meliukkan tubuh secara erotis di depan banyak orang, hati kecilku selalu menangis.

Ya, bukan ini yang kumau .. tapi hal inilah yang harus kujalani.

Seperti biasa, begitu sampai di club aku langsung bergegas menuju ruang ganti untuk memeriksa kostum apa yang nanti akan kukenakan. Oia, kalian tahu? Selama dua tahun menjalani profesi ini sekalipun aku tidak pernah menyerahkan tubuhku untuk dibooking dan dinikmati pria-pria hidung belang yang datang setiap malam. Meski kerap kali ajakan-ajakan itu datang, bahkan hingga meminta pada si bos, tapi kembali lagi padaku yang bersikeras menolak mereka. Karena prinsipku, mereka bisa saja menyentuh tubuhku sesekali saat aku menari, tapi selebihnya tidak akan pernah kuijinkan!

“Menari di dalam air? Lagi?”, tanyaku.

Rekan kerjaku itu mengangguk sambil memegang sebuah bikini dengan warna merah menyala yang nantinya akan kupakai saat pertunjukan malam ini. Aku hanya meringis pelan mengingat terakhir kali menari di dalam air yang dingin, besoknya aku langsung demam. Shit! Dan malam ini harus terulang lagi. Sepertinya aku harus membeli obat lagi di apotek untuk berjaga-jaga.

-00-

                Kupicingkan mata ketika mengintip keadaan club dari balik pintu ruang ganti. Ramai, bahkan lebih ramai dari malam-malam sebelumnya. Apa karena si bos kembali menggunakan cara seperti biasa ketika aku akan hendak tampil?

Ya, bos Kim memang selalu mengumumkan penampilanku melalui brosur club dan jika sudah seperti itu, akan banyak sekali pengunjung yang datang untuk melihatku. Ah, ani .. maksudnya melihat tubuhku yang digerakkan dengan secara erotis sehingga bisa memancing nafsu mereka.

Kupandangi penampilanku sekali lagi di cermin. Sebentar lagi aku akan tampil. Masuk ke dalam sebuah akuarium raksasa berbentuk tabung yang berisi air. Aku akan menari di dalam sana. Kemudian setelah itu akan keluar dalam keadaan basah lalu melanjutkan tarian dengan liukan seksi ditemani tiang besi yang seolah menjadi partner terbaikku.

Dan malam ini aku tidak tahu hal apalagi yang akan terjadi denganku.

“Gie, giliranmu. Buat mereka orgasme seperti biasa hanya dengan melihat aksimu~”, ucap temanku Nina, sambil tersenyum dan mengedipkan salah satu matanya.

Aku hanya tersenyum tipis dan berjalan keluar.

It’s my turn .. I’m going to being  sexy and wild girl for tonight ..’

Suara teriakan dan tepuk tangan riuh meledak begitu saja ketika lampu di atas stage yang semula padam langsung dinyalakan. Mereka mulai sosokku di dalam tabung yang berisi air dengan pakaian yang amat sangat minim.

Suara musik mulai dimainkan. Dan tubuhku menari dengan sangat gemulai meski di dalam air sekalipun. Terkadang kutempelkan dadaku yang berukuran lumayan besar di dinding tabung sehingga membuat pria-pria hidung belang di luar sana semakin membelalakkan kedua matanya dan mengeluarkan kata-kata kotor sambil memujiku.

Suara-suara ribut menjijikan itu terus terdengar bahkan semakin keras memenuhi ruangan ini ketika aku menyudahi tarian erotis di dalam air dan beranjak keluar dari tabung dibantu oleh dua orang temanku. Dalam keadaan basah aku melakukan body waving dan bisa ditebak, respon menggila kembali kuterima.

Kini kuhampiri tiang dingin yang seolah berdiri dengan gagah dihadapanku dan mulai menggesekkan tubuhku di sana. Kujadikan seolah tiang itu adalah seorang pria dan aku terus menari erotis di hadapannya. Entah sebinal apa aku di mata pria-pria itu, tapi yang jelas mendadak aku merasa seperti terbakar, terlebih ketika beberapa dari mereka mulai berani mendekat bahkan ada yang hendak menyentuh pahaku. Entahlah, aku merasa sangat diinginkan.

Yeahh, Gie! Come here and suck my dick !!”

I want lick your pussy baby~

Gie, you’re so wild tonight !!”

Itulah sederet kata-kata kotor yang mereka lontarkan dan saat ini membuatku semakin bersemangat.  Kugerakkan kembali tubuhku sambil menggesek selangkangan di tiang ini, dan dengan sengaja kubuka sedikit lingerie yang menutupi kemaluanku untuk menggoda mereka. Suara teriakan ‘huuuu’ mulai terdengar ketika aku kembali mengikat tali lingerie dan melingkarkan satu kaki jenjangku ke tiang dingin. Mereka kembali berteriak, dan apa kalian tahu? Beberapa dari mereka bahkan ada yang kemaluannya sudah berdiri tegak karena melihat aksiku. Hahaha .. dasar hidung belang yang mudah terpancing nafsu!

Kembali kulemparkan tatapan menggoda ke sekeliling mereka. Rata-rata dari mereka saat ini sedang memandangku dengan tatapan lapar dan nafsu. Namun hanya satu pria yang tampaknya tidak begitu tertarik dengan aksiku malam ini.

Ya, satu pria yang sedang duduk sambil mengobrol cuek dengan bartender dan sesekali meneguk minumannya itu mengabaikanku.  Bahkan sedikit saja dia seolah tidak ingin melirikku.  Sial, apa aku kurang menggoda ?? Karena jujur saja, jika melihat satu pengunjung yang datang kesini bersikap cuek seperti itu, aku merasa seolah gagal. Atau .. jangan-jangan pria itu tidak normal dan lebih tertarik pada racikan minuman yang diberikan Kisoo daripada melihatku?

Aish!

Aku kembali menari erotis dan bahkan saat ini aku mulai berani menurunkan melepas kain yang menutupi payudaraku. Sambil berbalik, aku melepaskannya perlahan dan sikapku ini disambut dengan suara yang amat sangat bising. Lontaran kata-kata kotor pun semakin menjadi. Dan ketika kubalikkan badan, kututupi puncak payudaraku dengan kedua tangan. Hmm, si bos pasti akan mengalami pendapatan yang lumayan besar malam ini.

Barulah ketika aku kembali bergoyang sambil sesekali memainkan kedua buah dadaku, si pria yang masih asyik mengobrol dengan Kisoo itu menoleh dan hampir tersedak karena melihat aksi beraniku. Aku hanya melemparkan senyum kecut sambil terus menari tanpa berhenti hingga tubuhku banjir keringat dan mengkilat di bawah sinar lampu.

Hampir setengah jam lamanya aku menari dan suara musik pun berhenti. Kusudahi tarian panas ini dan kembali ke ruang ganti. Aish, dingin! Selalu saja seperti ini.

“Aksimu kali ini kelewat panas, Gie. Oh my God~ aku saja yang wanita sampai panas dingin melihatnya”, puji Minna.

Aku hanya tersenyum paksa. Karena jujur saja, aku merasa malu. Sangat malu. Tidak seharusnya aku melakukan hal menjijikan seperti tadi. Sekarang, apa bedanya aku dengan pelacur di luar sana yang menjual tubuh mereka? Aish! Aku selalu saja seperti orang yang kerasukan ketika sedang menjalankan pekerjaanku.

*tbc*

-awal kisahku bersama Kim Jongin dengan visual yang berbeda-

Tomorrow [3 -end-]

“Kenapa belum masuk juga? Ck, kau ini ..”, Heechul yang baru saja selesai memarkirkan mobil langsung menekan bel dan  tak laa pintu pun terbuka dari dalam oleh Jung ahjumma.

“Annyeong haseyo, ahjuma~ Masih ingat denganku?”, tanya Heechul dengan gaya khasnya. Sedangkan Jung ahjumma hanya tersenyum mengangguk kemudian mempersilahkan mereka masuk.

“Ahjumma, nug- … ah, Donghae oppa, Heechul oppa .. annyeong haseyo~”, sapa Riyeon yang terlihat baru keluar dari kamarnya.

“Riyeon-ah, annyeong!”, Heechul melambaikan tangannya dengan ceria. “Silahkan duduk oppa”, ucap Riyeon.

Mereka berdua pun duduk sambil melihat kearah televisi yang sedang memutarkan drama yang dibintangi Riyoung. Ah iya, hari ini sudah memasuki episode ke delapan.

“Episode hari ini aka nada lagi adegan ciumannya, ya?”, tanya Heechul.

Riyeonn melirik sejenak kearah televisi dan mengangguk pelan, “Kalau oppa tidak mau melihatnya, aku bisa matikan ..”.

“Ah, andwae! Biar saja seperti itu, minggu kemarin aku tidak menontonnya. Kau tidak apa-apa kan, Hae? Ini hanya drama ..”, hibur Heechul sedangkan Donghae hanya tersenyum tipis mengiyakan.

“Oia, onniemu mana?”, tanya Heechul yang nyaris lupa bahwa tujuannya kemari adalah untuk menyuruh Donghae meminta maaf atas semua adegan ciumannya di drama pada Riyoung.

“Unnie belum pulang sejak tadi pagi. Donghae oppa pasti mau bertemu dengan Riyoung unnie kan?”, tanya Riyeon dan merasa sangat senang jika akhirnya Riyoung dan Donghae bisa berbaikan malam ini juga.

Sedangkan yang ditanya hanya tersenyum malu-malu dan juga memiliki harapan yang sama.

Tak lama kemudian pintu pun terbuka dari luar dan masuklah Riyoung dengan wajah letihnya karena seharian berlatih lalu setelah itu pergi bersama Sehun. Dia terlihat kaget melihat kehadiran Donghae dan Heechul di rumahnya.

Ada perlu apa mereka kemari? Apa Donghae sudah mengadu pada Heechul tentang hubungan mereka yang saat ini sedang break?

“Riyoung-ah, annyeong! Kami kesini untuk menemuimu”, ucap Heechul bersemangat sambil menghampiri Riyoung yang masih berdiri di depan pintu.

“Menemuiku?”, tanyanya dengan suara pelan.

“Ne! Aish, sekarang kau sudah tidak mau memelukku lagi ya? Kau tidak merindukanku, hm ??”, canda Heechul sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Mau tidak mau Riyoung tersenyum tipis dan memeluk Heechul yang sebenarnya sudah dirindukan sejak lama.

“Donghae tidak dipeluk juga?”, tanya Heechul tapi malah tidak digubris oleh Riyoung.

“Oppa, aku ganti baju dulu ya”, pamit gadis itu tanpa menoleh kearah Donghae sedikitpun dan langsung masuk ke dalam kamar.

Sikapnya yang seperti itu semakin membuat Donghae tidak tahu harus melakukan apa. Kalau boleh rasanya dia ingin pulang ke dorm sekarang juga daripada harus menanti apalagi sesuatu yang akan terjadi setelah ini

Setelah Riyoung masuk ke dalam kamrnya dengan alasan untuk mengganti baju, Donghae lebih memilih untuk tidak banyak bersuara, sedangkan Heechul malah sibuk berselca ria sambil sesekali memakan kue-kue yang dihidangkan Jung ahjumma.

Tidak lebih dari dua menit, akhirnya Riyoung muncul kembali dari dalam kamarnya dan menemui Heechul dan Donghae yang masih setia menunggunya di ruang tamu. Dengan wajah masam, gadis itu mengambil tempat duduk yang agak jauh dari Donghae.

“Kukira kau tertidur di dalam”, canda Heechul dan hanya dijawab senyuman tipis dari Riyoung.

“Eung .. sebaiknya kalian kutinggal berdua ya supaya bisa lebih leluasa. Riyeon-ah, aku mau pinjam koleksi pewarna kukumu~”, dengan sengaja Heechul beranjak dari posisi duduknya menuju kamar Riyeon dan meninggalkan Donghae dan Riyoung berdua di ruang tamu.

Seperginya pria unik itu, sepasang kekasih ini malah saling diam, tidak ada yang mau membuka suara lebih dulu. Baik Donghae maupun Riyoung, keduanya lebih memilih untuk bungkam.

“Mian, aku …”, akhirnya Donghae buka suara pelan, namun langsung diselang oleh Riyoung.

“Aku sudah tahu apa yang kau lakukan. Tidak bisakah kau berhenti mengadu? Ini masalah internal, dan hanya kita yang perlu tahu. Untuk apa kau menyeret orang lain? Di mana sikap dewasamu sebagai pria yang sudah berusia dua puluh enam tahun?”

Ucapan dan pertanyaan yang Riyoung ajukan terdengar kritis dan terlalu memojokkan Donghae. Jika tahu akan terjadi hal seperti ini, mungkin Donghae sendiri akan mati-matian menolak ajakan Heechul untuk datang kemari.

“Kau tidak bisa menjawabnya? Baiklah, kurasa pembicaraan kita sudah selesai, dan kuharap kau tidak lupa di mana letak pintu keluar dari rumah ini ..”, ucap Riyoung tanpa ekspresi dan segera berdiri dari posisi duduknya.

“Tapi yeobo … mau sampai kapan kita seperti ini ..?”, suara Donghae terdengar lirih dan kedua matanya terlihat memerah.

“Sampai batas waktu yang kutentukan. Apakah hal itu terdengar kurang jelas bagimu?”, ucapan Riyoung lagi-lagi terdengar kejam dan tidak berperasaan. Bahkan Donghae merasa, yang ada dihadapannya ini bukanlah Choi Riyoungnya yang dulu.

“Aku butuh waktu istirahat, dan kuharao kau tidak lagi datang untuk menggangguku”, tanpa basa-basi Riyoung meninggalkan Donghae dan masuk ke dalam kamar.

Membiarkan Donghae menangis dalam hati sendirian.

**00**

“Ya! Nuguya?”, tiba-tiba saja kedua mata Riyoung ditutup oleh tangan seseorang. “Tebak~”, jawab si pemilik tangan itu.

“Ish, sihreo. Aku tidak sedang ingin bercanda, Sehunnie”

Begitu disebut namanya, Sehun langsung melepas tutupan tangannya di kedua mata Riyoung dan tertawa geli. Tapi gadis itu malah cemberut.

“Ah, noona waeyo~?”, Sehun kali ini duduk di sebelah Riyoung dan memiringkan kepalanya menatap gadis yang lebih tua beberapa tahun darinya itu sambil menunjukkan sedikit aegyo agar Riyoung mau tersenyum,

“Aniyo. Gwenchana ..”, Riyoung langsung memalingkan wajahnya yang terasa panas ketika ditatap seperti itu oleh Sehun. Yah, siapa yang tidak gugup jika ditatap oleh idolamu seperti itu?

“Hmmm~ hari ini aku tidak bisa melihat senyummu. Waeyo? Ada masalah?”

“Bukankah tadi sudah kubilang kalau aku baik-baik saja?”

Sehun tidak menjawab lagi, melainkan lebih sibuk mengutak-atik ponselnya dan hal itu semakin membuat Riyoung kesal.

“Kenapa kau bisa tahu kalau aku ada di sini?”, tanya Riyoung.

“Noona tahu? Aku kan sudah memasang GPS secara diam-diam di salah satu bagian tubuhmu~”

Riyoung langsung melirik tajam kearah Sehun tersenyum simpul sambil membuat peace sign dengan kedua jarinya. “Sebaiknya aku pulang ..”. Gadis itu hendak beranjak pulang, tapii dengan sigap Sehun buru-buru menarik tangannya, “Noona, mau kemana?”.

“Pulang ke dorm”

“Ya~ aku sudah jauh-jauh menemuimu kesini, kau malah mau pulang begitu saja? Bagaimana kalau ikut denganku?”

“Ikut denganmu? Menyesatkan”

“Ani~ sudah, ayo ikut saja denganku. Pakai maskermu”

Dengan santai Sehun memakai kaca mata dan topinya lalu menggandeng tangan Riyoung.

Mereka berdua pun pergi ke sebuah taman hiburan yang jauh dari kota dan dengan penyamaran yang sempurna tidak ada satu pun orang yang mengenali mereka.

“Noona, ige .. coba pakai ini”, Sehun memakaikan Riyoung. sebuah topi yang di kedua sisinya berbentuk tanduk. “Aigo, cocok sekali denganmu. Ratu iblis”. Riyoung langsung memukul pelan lengan Sehun lalu tertawa. Setidaknya, rencana Sehun mengajaknya ke tempat ini untuk membuatnya kembali tertawa tidak sia-sia.

Setelah puas jalan-jalan, Sehun dan Riyoung makan siang bersama. “Bagaimana perasaanmu saat ini, noona? Sudah merasa lebih baik? Atau malah semakin buruk?”, tanya pria itu.

Riyoung hanya menyungging senyum tipis sambil mengaduk-aduk makanannya. Jika dibandingkan semalam, perasaannya sudah jauh lebih baik.

“Aku tidak peduli hal apa yang membuat perasaanmu jadi seburuk itu, noona. Tapi yang jelas, hari ini aku hanya ingin melihat Riyoung noona tersenyum seperti biasa. Arachi?”

Riyoung tidak menyahut tapi hanya tersenyum tipis. “Oia, ngomong-ngomong, bagaimana dengan Donghae hyung? Aku semakin jarang melihat kalian bersama-sama”.

Pertanyaan Sehun membuat Riyoung diam dan ekspresi wajahnya berubah lagi. Kenapa harus bertanya tentang pria itu? Ugh!

“Donghae ..”, baru saja Riyoung membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Sehun, tiba-tiba saja member termuda di EXO-K itu menyelangnya.

“Setelah ini ikut denganku lagi, ya ke suatu tempat. Aku ingin menunjukkan sesuatu”

Riyoung mengangguk pelan dan menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

Setelah selesai makan siang, Sehun benar-benar membuktikan ucapannya untuk membawa Riyoung ke suatu tempat. Sebuah hutan kecil dengan pemandangan danau yang sangat indah sehingga membuat Riyoung berdecak kagum saat tiba di sana.

“Kenapa kita kesini? Inikah suatu tempat yang ingin kau tunjukan padaku itu?”, tanya Riyoung.

Sehun mengangguk sambil tersenyum, “Eohtte? Sejak kecil aku sering kesini. Tempat yang menenangkan dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Terkadang malah aku sering menari di sini”.

Riyoung sepertinya tidak begitu mendengarkan ucapan Sehun, melainkan malah asyik bermain air di tepi danau yang jernih.

“Memangnya tidak ada orang lain yang kesini selain kita?”, tanyanya.

“Kalau siang seperti ini memang tidak ada. Tapi kalau pagi dan sore hari, lumayan ramai”, jawab Sehun.

Sejenak,, mereka berdua saling diam. Riyoung masih sibuk bermain air dan sesekali memotret pemandangan yang tersaji di depan matanya, sedangkan Sehun, dia hanya duduk di atas batang pohon yang besar sambil memperhatikan Riyoung.

“Noona, duduk di sini sebentar”, dia menepuk tempat kosong di batang pohon yang dia duduki, mengisyaratkan Riyoung untuk duduk di sana.

Tanpa menunggu lama, gadis yang dijuluki ‘Korean’s Tinkerbell’ itu langsung menghampiri Sehun dan duduk di sebelahnya. “Wae?”.

Sehun menatapnya sesaat, lalu mendekatkan wajahnya dan mengecup dahi indah gadis itu dengan lembut. Sikap pria tampan itu cukup membuat Riyoung terkejut, tapi dia tidak melakukan apapun selain hanya duduk terpaku.

“Aku menyayangimu, noona. Sangat menyayangimu. Tapi sayang, kau milik Donghae hyung. Dan sebagai adik, aku tidak berhak merebutmu darinya ..”

Ucapan Sehun yang sungguh-sungguh semakin membuat Riyoung tidak mampu berkata-kata. Bahkan tenggorokannya terasa tercekat.

“Aku tahu, tidak seharusnya aku muncul di saat hubungan kalian merenggang. Tidak seharusnya aku muncul di hadapan noona saat noona sedang menjauhi diri dari Donghae hyung. Mungkin awalnya aku merasa ini kesempatan bagus, tapi .. aku sadar. Donghae hyung sangat mencintaimu, dan aku yakin kau juga sangat mencintainya. Kenapa aku bisa bicara seperti ini? Itu karena setiap aku menatap kedua matamu, hanya ada pancaran wajah Donghae hyung di sana, bukan yang lain. Meski akhir-akhir ini kau sering mengatakan kalau cintamu untuk Donghae hyung terus berkurang, aku yakin yang ada di dalam hatimu itu sama sekali tidak berkurang”

“Sehun-ah …”

“Aku senang bisa sedekat ini denganmu, noona. Meski tidak bisa memilikimu, aku sudah cukup puas bisa menjadi fans beruntung yang selalu ada untukmu. Jadi, mulai sekarang kuharap kau bisa menganggapku sebagai adikmu … Eohtte?”

Riyoung tidak menjawab, tapi kedua matanya yang bicara. Butir-butir airmata pun mulai jatuh. Ucapan Sehun barusan seolah menampar pipinya dengan keras.

Dia bukannya sudah tidak mencintai Donghae. Dia hanya tidak ingin mendengarkan isi hatinya untuk sementara waktu. Dia lebih menuruti keinginan emosinya yang sesaat. Dia mungkin memang menyukai Sehun, tapi hanya sebatas idola dan penggemar, tidak lebih.

“Perbaiki semuanya yang sudah kau buat berantakan, noona. Kau harus bertanggung jawab. Dan kalau kau butuh bantuan, dengan senang hati aku bisa membantumu ..”, Sehun memberikan senyumannya yang paling manis sembari menghapus airmata Riyoung.

**00**

Hari ini Riyoung kembali disibukkan oleh serangkaian jadwal perform SEASONS yang berada di luar negeri. Pagi-pagi sekali dia dan keenam member yang lain sudah berangkat menuju Jepang dan sore harinya sudah kembali ke Korea. Melelahkan memang, tapi inilah resikonya menjadi seseorang yang bekerja di industry hiburan.

Begitu pulang ke rumah, tiba-tiba saja Jung ahjumma memberikannya sebuah kartu berwarna pink dengan tulisan mengkilat di dalamnya. Sederet kalimat yang memintanya untuk datang ke salah satu bioskop pukul sembilan malam nanti dan di bagian paling bawah, tertulislah nama si pengirim. Oh Sehun.

Riyoung berdecak pelan sambil menahan senyum. Anak itu tahu bahwa Riyoung tidak suka dengan warna pink, tapi masih saja nekat mengganggunya dengan memberikan benda-benda yang ada kaitannya dengan warna feminin itu.

“Arayo~ aku akan datang ..”, gumamnya.

.

.

.

Pukul sembilan, Riyoung pun tiba di bioskop yang tertera di kartu yang dikirimkan Sehun untuknya. Bersama seorang petugas, dia diminta untuk duduk di deretan bangku posisi tengah. Dan anehnya, di dalam studio itu hanya dia sendiri. Tidak ada orang lain seperti biasanya, apalagi Sehun.

“Chogiyo … kenapa hanya aku yang di sini? Kemana pengunjung yang lain?”, tanyanya pada petuga yang hendak pergi.

“Mereka akan datang nanti. Anda adalah pengunjung pertama di sini. Chukhaeyo~”, jawab petugas itu dengan ramah dan meninggalkan Riyoung begitu saja sendirian.

Karena merasa heran dan ketakutan, dia pun merogoh kantong hoodienya lalu menggambil ponsel kemudian menghubungi Sehun yang ternyata tidak aktif.

“Yaaa! Cari mati bocah itu. Aku paling benci orang yang tidak tepat waktu. Ditambah lagi besok sudah tanggal sepuluh Oktober … harusnya malam ini aku membuat persiapan untuk meminta maaf pada Donghae lalu berbaikan di perayaan hari jadi hubungan kami yang kedua”, gerutunya sambil mengetik sederet kata-kata bernada mengancam ke nomor Sehun.

Tapi tiba-tiba saja lampu studio dimatikan, dan layar besar dihadapannya memutarkan angka yang dihitung mundur dimulai dari lima hingga satu. Lalu muncullah salah satu video yang pernah dibuat Riyoung untuk ulangtahun Donghae, video saat mereka berada di Paris, video saat hari valentine yang dibuat bersama Henry, dan yang paling mengejutkan Riyoung adalah video yang dibuat Donghae secara pribadi saat dia mengalami koma selam aempat hari di rumah sakit. Latar tempat yang ada di video itu mirip dengan keadaan kamar Donghae di apartment pribadinya, lalu keadaan kedua mata Donghae yang memerah dan sembab. Hati Riyoung pun bergetar saat mendengar suara kekasihnya yang terdengar lirih di dalam video itu.

‘Yeobo, annyeong .. jika kau bisa menonton video ini, kuucapkan selamat karena akhirnya Tuhan mengembalikanmu lagi padaku. Kau tahu? Meskiun saat ini hatiku merasa hancur karena melihat keadaanmu, tapi aku yakin beberapa hari kedepan, tangisku akan berubah menjadi tawa saat melihatmu bisa kembali sehat. Yeobo, tolong ingat janjimu padaku saat itu. Kau tidak akan pernah lagi meninggalkanmu, kan? Aku mencintaimu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu. I love you …’

Airmata Riyoung mulai bercucuran tanpa henti bahkan ketika video itu sudah selesai. Dan sekarang giliran tayangan slide show dari foto-foto Riyoung dan Donghae yang diiringi oleh lagu ost. Mrs. Panda and Hedgehog yang dinyanyikan oleh Kwon Sull Il berjudul ‘Promise’.

Seolah-olah semua kenangan tercurahkan melalui video itu. Meski tidak terlihat ahli, tapi cukup sukses membuat Riyoung menangis tersedu-sedu selama hampir dua jam lamanya.

Dan secara tiba-tiba untuk yang kedua kali, lampu di studio bioskop ini menyala dan dari arah pintu masuk, muncullah Donghae sambil tersenyum kaku sambil berjalan pelan menghampiri Riyoung.

“Meski belum tepat pada waktunya, aku tetap ingin mengucapkan dan merayakannya bersamamu. Happy 2nd anniversary, yeobo. Aku mencintaimu, sampai kapanpun akan tetap mencintaimu .. saranghae”, Donghae menarik tuuh Riyoung kedalam pelukannya dann mendekapnya erat seolah tidak ingin membiarkan gadis itu pergi kemanapun.

“Mungkin kejutan seperti ini terdengar konyol bagimu. Tapi hanya ini yang bisa kulakukan. Bahkan, aku tidak mempersiapkan kue dan makan malam yang roman ..”

Ucapan Donghae terputus ketika tanpa aba-aba Riyoung langsung jinjit dan merengkuh wajahnya lalu mengecup bibir kekasihnya itu dengan intens.

“Begini saja sudah cukup. Aku suka … Senang bisa menjalani waktu selama dua tahun bersama denganmu”, ucapnya sesaat setelah melepas ciumannya dan berhasil membuat Donghae kewalahan karena kehabisan nafas.

“Kau sudah tidak marah padaku?”, tanya Donghae sambil menatap kedua mata gadis yang dirindukannya itu.

“Jika aku terus marah, itu berarti aku amat sangat egois, Hae. Lagipula kau tidak salah. Aku yang salah. Terlalu cemburu dan tidak mau mengakui perasaanku. Maaf atas sikap dan kata-kataku beberapa hari lalu yang menyakitimu. Aku sangat menyesal ..”

“Jangan meminta maaf padaku. Karena sampai kapanpun, kau tidak akan pernah salah di mataku. Semoga di tahun-tahun berikutnya kita terus bersama-sama seperti ini”

Riyoung tersenyum sambil meneteskan airmatanya dan kembali memeluk Donghae. “Kau kurusan ..”, bisik Riyoung.

“Ne, sulit makan rasanya jika merindukanmu seperti orang gila”

“Mianhae ..”

“’Gwenchana ..”

“Hae, bagaimana kalau kita pergi makan? Aku ingin menghabiskan waktu malam ini sampai pagi bersamamu”

“Hm? Tapi ijinkan aku pamit dengan mereka semua, ya ..”

Mendengar ucapan Donghae yang mengejutkan, Riyoung pun langsung melepas pelukannya lalu mengikuti kearah tatapan Donghae.

Terlihatlah semua member Super Junior, Riyeon, Kyuchi, dan Sehun sedang berkumpul di depan bangku penonton sambil melambaikan tangan kearahnya. Bahkan Eunhyuk dan Kyuhyun memegang kamera mereka masing-masing. “Kami sudah mendokumentasikanya, ya~ Adegan ciumannya yang keren dan panasss”, ledek Eunhyuk dan berhasil membuat wajah Riyoung memerah.

“Ya !! Kenapa kau tidak bilang kalau ada mereka semua di sini ?!”, omelnya ada Donghae yang asyik tertawa kecil.

“Bagaimana mau bilang yeobo, kalau tadi kau langsung menciumku begitu saja”

“Yaaa! Aku mau pulang ..”

Riyoung pura-pura marah, tapi Donghae erhasil memegang tangannya. “Yeorubun, terimakasih atas bantuannya, Sehun-ah, saranghae! Kami pergi dulu, ya”, pamit Donghae.

“Ne, jangan lupa membuatkan kami keponakan yang banyak!”, teriak Kyuhyun dan langsung membuat hening seisi ruangan.

*end*

Happy 2nd Anniversary HaeYoung’s couple !!