Dance with Love [part 1]

page

“Hari ini kemungkinan aku akan datang terlambat. Dosenku payah, terlalu banyak pembahasan yang berbelit. Sampaikan permintaan maafku pada bos”

Ah, arasseo~ Nanti akan kusampaikan, jangan khawatir bos pasti tidak akan marah padamu. Hehehehe ..

Aku pun menyudahi percakapan dengan temanku melalui telepon dan bergegas keluar dari toilet. Kulirik jam dengan merk ternama yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Tiga puluh menit lagi dan sialnya si tua bangka yang keriput itu seolah tidak ingin membiarkan mahasiswanya pulang dengan bahagia.

Dengan berat, kulangkahkan kaki menuju kelas yang terletak tidak jauh jaraknya dengan toilet. Dan begitu sampa di sana, aku kembali duduk sambil sesekali memperhatikan dosen yang hampir membuatku sakit mata itu.

Setengah jam lagi, aku akan kembali bekerja.

Saat-saat terkekang dengan dosen membosankan di kampus pun berakhir. Dan kesempatan itu langsung kugunakan untuk segera berangkat menuju tempat kerjaku.

Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku selesai kuliah langsung bekerja, dan tentunya kalian pasti ingin tahu apa jenis pekerjaan yang kugeluti saat ini. Oh ya, aku terlalu percaya diri.

Tanpa kusebut, kalian pasti nantinya akan tahu sendiri siapa namaku. Dan aku bekerja sebagai striper di sebuah club ternama di daerah Gangnam. Aku menjalani profesi ini sudah selama dua tahun. Bahkan selama dua tahun itu, Eomma dan kedua adikku yang tinggal di desa sama sekali tidak kuberitahu. Aku terlalu takut untuk melakukannya. Biarlah, selama pekerjaan ini masih bisa memberiku sejumlah uang yang cukup untuk membiayai kuliah dan menghidupi mereka.

Appa sudah lama meninggal karena sakit keras dan mau tidak mau sebagai anak pertama, tanggungan hidup Eomma dan kedua adikku harus kupikul sendiri. Awalnya aku bingung harus melakukan pekerjaan apa, karena aku sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk bekerja di kantor-kantor yang kata orang upahnya sedikit menjanjikan. Sedangkan aku sendiri tidak pernah memiliki impian untuk menjadi wanita karir yang memakai rok diatas lutut, blazer dengan wajah penuh make-up yang setiap pagi harus dengan setia menyambut pria tua berdasi dengan panggilan ‘bos’.

Ya, aku tidak seperti gadis kebanyakan. Aku hanya punya satu mimpi, menjadi seorang penari. Karena hobiku menari, dan jiwaku hanya untuk itu. Hingga akhirnya, ada seorang teman yang mengajakku ke tempat ini. Mengenalkanku pada pemilik club, dan menjadikanku sebagai salah satu penari striptease di sini. Hm, memang kenyataan selalu jauh dari harapan. Entah apa ini yang dimaksud dengan cita-citaku. Tapi yang jelas hingga saat ini, setiap kali aku naik ke stage dan memulai aksiku meliukkan tubuh secara erotis di depan banyak orang, hati kecilku selalu menangis.

Ya, bukan ini yang kumau .. tapi hal inilah yang harus kujalani.

Seperti biasa, begitu sampai di club aku langsung bergegas menuju ruang ganti untuk memeriksa kostum apa yang nanti akan kukenakan. Oia, kalian tahu? Selama dua tahun menjalani profesi ini sekalipun aku tidak pernah menyerahkan tubuhku untuk dibooking dan dinikmati pria-pria hidung belang yang datang setiap malam. Meski kerap kali ajakan-ajakan itu datang, bahkan hingga meminta pada si bos, tapi kembali lagi padaku yang bersikeras menolak mereka. Karena prinsipku, mereka bisa saja menyentuh tubuhku sesekali saat aku menari, tapi selebihnya tidak akan pernah kuijinkan!

“Menari di dalam air? Lagi?”, tanyaku.

Rekan kerjaku itu mengangguk sambil memegang sebuah bikini dengan warna merah menyala yang nantinya akan kupakai saat pertunjukan malam ini. Aku hanya meringis pelan mengingat terakhir kali menari di dalam air yang dingin, besoknya aku langsung demam. Shit! Dan malam ini harus terulang lagi. Sepertinya aku harus membeli obat lagi di apotek untuk berjaga-jaga.

-00-

                Kupicingkan mata ketika mengintip keadaan club dari balik pintu ruang ganti. Ramai, bahkan lebih ramai dari malam-malam sebelumnya. Apa karena si bos kembali menggunakan cara seperti biasa ketika aku akan hendak tampil?

Ya, bos Kim memang selalu mengumumkan penampilanku melalui brosur club dan jika sudah seperti itu, akan banyak sekali pengunjung yang datang untuk melihatku. Ah, ani .. maksudnya melihat tubuhku yang digerakkan dengan secara erotis sehingga bisa memancing nafsu mereka.

Kupandangi penampilanku sekali lagi di cermin. Sebentar lagi aku akan tampil. Masuk ke dalam sebuah akuarium raksasa berbentuk tabung yang berisi air. Aku akan menari di dalam sana. Kemudian setelah itu akan keluar dalam keadaan basah lalu melanjutkan tarian dengan liukan seksi ditemani tiang besi yang seolah menjadi partner terbaikku.

Dan malam ini aku tidak tahu hal apalagi yang akan terjadi denganku.

“Gie, giliranmu. Buat mereka orgasme seperti biasa hanya dengan melihat aksimu~”, ucap temanku Nina, sambil tersenyum dan mengedipkan salah satu matanya.

Aku hanya tersenyum tipis dan berjalan keluar.

It’s my turn .. I’m going to being  sexy and wild girl for tonight ..’

Suara teriakan dan tepuk tangan riuh meledak begitu saja ketika lampu di atas stage yang semula padam langsung dinyalakan. Mereka mulai sosokku di dalam tabung yang berisi air dengan pakaian yang amat sangat minim.

Suara musik mulai dimainkan. Dan tubuhku menari dengan sangat gemulai meski di dalam air sekalipun. Terkadang kutempelkan dadaku yang berukuran lumayan besar di dinding tabung sehingga membuat pria-pria hidung belang di luar sana semakin membelalakkan kedua matanya dan mengeluarkan kata-kata kotor sambil memujiku.

Suara-suara ribut menjijikan itu terus terdengar bahkan semakin keras memenuhi ruangan ini ketika aku menyudahi tarian erotis di dalam air dan beranjak keluar dari tabung dibantu oleh dua orang temanku. Dalam keadaan basah aku melakukan body waving dan bisa ditebak, respon menggila kembali kuterima.

Kini kuhampiri tiang dingin yang seolah berdiri dengan gagah dihadapanku dan mulai menggesekkan tubuhku di sana. Kujadikan seolah tiang itu adalah seorang pria dan aku terus menari erotis di hadapannya. Entah sebinal apa aku di mata pria-pria itu, tapi yang jelas mendadak aku merasa seperti terbakar, terlebih ketika beberapa dari mereka mulai berani mendekat bahkan ada yang hendak menyentuh pahaku. Entahlah, aku merasa sangat diinginkan.

Yeahh, Gie! Come here and suck my dick !!”

I want lick your pussy baby~

Gie, you’re so wild tonight !!”

Itulah sederet kata-kata kotor yang mereka lontarkan dan saat ini membuatku semakin bersemangat.  Kugerakkan kembali tubuhku sambil menggesek selangkangan di tiang ini, dan dengan sengaja kubuka sedikit lingerie yang menutupi kemaluanku untuk menggoda mereka. Suara teriakan ‘huuuu’ mulai terdengar ketika aku kembali mengikat tali lingerie dan melingkarkan satu kaki jenjangku ke tiang dingin. Mereka kembali berteriak, dan apa kalian tahu? Beberapa dari mereka bahkan ada yang kemaluannya sudah berdiri tegak karena melihat aksiku. Hahaha .. dasar hidung belang yang mudah terpancing nafsu!

Kembali kulemparkan tatapan menggoda ke sekeliling mereka. Rata-rata dari mereka saat ini sedang memandangku dengan tatapan lapar dan nafsu. Namun hanya satu pria yang tampaknya tidak begitu tertarik dengan aksiku malam ini.

Ya, satu pria yang sedang duduk sambil mengobrol cuek dengan bartender dan sesekali meneguk minumannya itu mengabaikanku.  Bahkan sedikit saja dia seolah tidak ingin melirikku.  Sial, apa aku kurang menggoda ?? Karena jujur saja, jika melihat satu pengunjung yang datang kesini bersikap cuek seperti itu, aku merasa seolah gagal. Atau .. jangan-jangan pria itu tidak normal dan lebih tertarik pada racikan minuman yang diberikan Kisoo daripada melihatku?

Aish!

Aku kembali menari erotis dan bahkan saat ini aku mulai berani menurunkan melepas kain yang menutupi payudaraku. Sambil berbalik, aku melepaskannya perlahan dan sikapku ini disambut dengan suara yang amat sangat bising. Lontaran kata-kata kotor pun semakin menjadi. Dan ketika kubalikkan badan, kututupi puncak payudaraku dengan kedua tangan. Hmm, si bos pasti akan mengalami pendapatan yang lumayan besar malam ini.

Barulah ketika aku kembali bergoyang sambil sesekali memainkan kedua buah dadaku, si pria yang masih asyik mengobrol dengan Kisoo itu menoleh dan hampir tersedak karena melihat aksi beraniku. Aku hanya melemparkan senyum kecut sambil terus menari tanpa berhenti hingga tubuhku banjir keringat dan mengkilat di bawah sinar lampu.

Hampir setengah jam lamanya aku menari dan suara musik pun berhenti. Kusudahi tarian panas ini dan kembali ke ruang ganti. Aish, dingin! Selalu saja seperti ini.

“Aksimu kali ini kelewat panas, Gie. Oh my God~ aku saja yang wanita sampai panas dingin melihatnya”, puji Minna.

Aku hanya tersenyum paksa. Karena jujur saja, aku merasa malu. Sangat malu. Tidak seharusnya aku melakukan hal menjijikan seperti tadi. Sekarang, apa bedanya aku dengan pelacur di luar sana yang menjual tubuh mereka? Aish! Aku selalu saja seperti orang yang kerasukan ketika sedang menjalankan pekerjaanku.

*tbc*

-awal kisahku bersama Kim Jongin dengan visual yang berbeda-